Lihat ke Halaman Asli

Roni Bani

Guru SD

Dalam Masa Kegiatan Ilmiah sebagai Penerjemah Alkitab

Diperbarui: 15 Desember 2022   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto, dokpri Roni Bani

Tantangan dan Solusi Menerjemahkan Injil Markus dalam Bahasa Amarasi Kotos


Pada bagian pertama serial tulisan tentang misi penerjemahan alkitab yang diembankan oleh Sinode GMIT kepada kami, the Timor Team, salah satu di antaranya yakni Tim Bahasa Amarasi. Anggota Tim terdiri dari seorang Pendeta aktif, seorang Pendeta Pensiun, seorang penatua, seorang guru pensiunan, saya, dan selanjutnya masih menambah lagi seturut bertambahnya waktu dan beratnya tugas. Di antara kami anggota tim, ada yang mengundurkan diri karena melanjutkan studi Pascasarjana hingga doktoral. Seorang anggota diundurkan oleh Pembina Tim dan Konsultan Ahli.  Calon Pembina yang disiapkan tidak sempat melanjutkan tugas karena meninggal dunia (Pdt. Max Jacob, M.Th). Selanjutnya boleh menambal anggota tim terutama dari kalangan muda. Syaratnya, memiliki pengetahuan, diksi dan vocab berbahasa lisan yang cukup. 

Pada November 2002, Injil Markus berbahasa Amarasi (Kotos) diluncurkan di GMIT Jemaat Sonafhonis Oekabiti. Peluncuran ini dilaksanakan tepat pada saat saat perayaan masuknya Injil di Oekabiti. Usia masuknya Injil di Oekabiti telah mencapai 90 tahun pada tahun 2002. 

Kami mengerjakan Injil Markus dalam satuan waktu 1998 - 2002. Injil Markus tidak dikerjakan secara langsung oleh seluruh anggota tim secara bersama. Injil Markus dimulai oleh seorang dosen FKIP UKAW Kupang (Drs. O. Rassi) yang selanjutnya mempercayakannya pada seorang penatua di Ponain-Amarasi, Nikanor Taunu. Hasilnya di luar dugaan Pdt. W. F. Ruku, S.Th. Sang Pendeta mengira 16 pasal Injil Markus akan dengan mudah pada saat exegese. Ternyata ketika proses itu berlangsung di SIL Darwin, konsep itu dianggap pekerjaan sia-sia karena jauh dari bahasa aslinya, Greek/Yunani. Maka, proses drafting mulai diulangi. Dalam waktu 2 minggu menghasilkan 4 pasal. Empat pasal inilah yang dijadikan cikal-bakal lanjutan pekerjaan bersama tim (masih bayangan) setelah melalui proses uji coba di Kotabes dan Battuna.

Tahun 1999 tugas kami lanjutkan sampai dengan tahun 2002. Dalam masa antara 1999 - 2002 tugas drafting, revisi tim, eksegese, uji coba I, revisi tim II, uji coba II dilewati.  Pada November 2022 ini disepakati untuk meluncurkannya agar mendapatkan respon dari jemaat/umat dan masyarakat pengguna Bahasa Amarasi. 

Puji Tuhan. Proses ini berlangsung lancar. Jemaat/umat dan masyarakat pengguna Bahasa Amarasi senang menerima Injil Markus dalam bahasa daerahnya. Mereka bergembira atas alasan bahasa lisan telah menjadi bahasa tulisan, bedanya merasa kesulitan pada cara membacanya. Maka, dibutuhkan latihan membaca, karena Bahasa Amarasi bukanlah bahasa yang sama dengan Bahasa Indonesia yang sudah baku dalam pengetahuan dan praktik berbahasa masyarakat Indonesia.

Bahasa Amarasi dan bahasa daerah lainnya yang dijadikan bahasa tulisan bukanlah Bahasa Indonesia. Bahasa-bahasa itu memiliki karakteristik masing-masing, yang oleh karenanya orang mesti belajar bahasa itu, seperti belajar Bahasa Indonesia. Orang tidak boleh menganggap remeh bahasa daerahnya sendiri yang sudah menjadi bahasa tulisan, lantas akan dengan mudah membacanya. Orang mesti belajar dan berlatih cara membaca. Membaca teks berbahasa daerah mana pun pada umumnya mesti dengan pendekatan yakni belajar dan berlatih. Lalu, membaca secara mudah yakni dinamikanya seperti berbicara. Sampai di sini orang masih belum paham dan merasa tetap mengalami kesulitan dalam membaca bahasa daerah, terlebih pada masyarakat pemilik dan pengguna bahasa Amarasi Kotos. 

Patut diakui pula bahwa kesulitan itu terjadi oleh karena teori tata bahasa dan ejaan Bahasa Amarasi belum dimiliki oleh masyarakat pemilik dan penggunanya. Keunikan Bahasa Amarasi terletak pada perpindahan lambang bunyi, metathesis. Metathesis terjadi pada kata kerja sehingga terasa janggal ketika melihat jejeran lambang bunyi. 

Dalam Kata Pengantar Penerjemahan Alkitab, dan Cara Membaca Bahasa Amarasi (2002) di sana ditempatkan catatan antara lain:

Ejaan Bahasa Amarasi

Ada beberapa perbedaan sistem bunyi (yaitu fonologi) bahasa Amarasi dan bahasa Indonesia yang memaksa kita menyesuaikan tulisan. Grimes (1999) mencatat hal ini dalam riset bahasa cara menulis bahasa-bahasa daerah di Kawasan Timur Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline