Lihat ke Halaman Asli

Roni Bani

Guru SD

Secuil Kisah dalam Misi Penerjemahan Alkitab

Diperbarui: 14 Desember 2022   18:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Dalam beberapa hari terakhir saya mengambil satu unit external hard drive yang pernah diberikan oleh Sahabat sekaligus Mentor Bahasa, Antropologi, Sosiologi, dan Ilmu Terjemahan. 

Sahabat yang saya maksudkan bernama Prof. Dr. Charles E. Grimes, Ph.D. Sang Profesor dan isterinya (sesama profesor) serta keluarganya sudah bagai saudara sendiri. Ketika membuka external hard drive ini, walau agak susah karena sudah lama disimpan, ternyata sistem di dalam laptop masih dapat membaca dan menunjukkan isinya. Saya bergirang, dan terus membuka-buka folder-folder di dalamnya. 

Beberapa kali hilang, saya simpan, dan buka lagi, hilang, namun akhirnya saya dapat mengingat apa yang pernah terjadi antara tahun 2002 - 2018 melalui sejumlah foto yang ditempatkan di dalam alat bantu ingatan ini.

Maka, saya pikir mungkin baik kalau saya tulis agar menjadi prasasti terbaca walau mungkin tidak banyak orang dapat membacanya. 

Secuil Kisah Misi Perdana sebagai Penerjemah Alkitab

Sejujurnya saya mau sampaikan bahwa, tidak pernah ada dalam khayalan untuk suatu ketika tiba di negara lain, sementara di dalam negeri sendiri saja, rasanya untuk keluar dari pulau Timor pun mesti berhitung. haha... Sebagai orang pedalaman, jarak terjauh yang ditempuh yakni menuju kota provinsi untuk melanjutkan pendidikan pada tahun 1980 - 1986 (2 jenjang sekolah). Sesudah itu, bolak-balik kota - kampung, dan baru melanjutkan studi 7 tahun berikutnya.

Tahun 1998 ketika rumor reformasi bergulir yang disertai berbagai peristiwa di ibukota negara yang merembes dan mengubah tatanan Orde pembangunan, rasanya benar-benar ada perubahan besar yang terlihat dan dirasakan publik dan masyarakat Indonesia. Lalu, akhirnya saya pun ada di dalamnya ketika mengikuti test CPNS dan dinyatakan lulus melalui pengumuman di radio.

Ketika mulai bertugas di sekolah, satu tugas lain membayangi yakni misi gereja dalam penerjemahan alkitab khsusunya perjanjian baru ke dalam bahasa-bahasa daerah di lingkungan pelayanan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT). Saya dipanggil untuk menjadi bagian dari tugas ini walau bekerja sebagai volunteer. Singkat cerita antara tahun 2000 - 2003 misi gereja ini kami rambahi secara pasti sambil tetap melaksanakan tugas sebagai guru PNS (ASN).

Pada saat melaksanakan misi gereja ini, GMIT membangun kerja sama dengan Universitas Kristen Artha Wacana Kupang (UKAW), Summer Institute Linguistics (SIL), the Seed Company, Wyclyffe Bible Translators (WBT) dan dalam pengetahuan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Melalui lembaga-lembaga ini datanglah para ahli untuk melakukan pendataan bahasa-bahasa daerah di lingkungan pelayanan GMIT.

SIL Darwin, foto dokpri, Roni Bani

Kami sebagai orang lokal direkrut ke dalam tim-tim penerjemah, yang selanjutnya disebut the Timor Team. Di dalamnya kami yang berbahasa daerah Amarasi. Antara tahun 2000 - Juni 2003, tugas kami di dalam tim Bahasa Amarasi yakni:

  • drafting, konsep kitab yang ditunjuk sesuai program penerjemahan yang berstandar internasional. Dalam hal ini kami mulai mengerjakan konsep kitab Markus, Kisah Para Rasul dan satu kitab dari Perjanjian Lama yakni Kitab Kejadian. Konsep kasar dilakukan oleh seorang anggota tim, selanjutnya seluruh anggota tim duduk bersama untuk memeriksa konsep kasar dan mulai mengetik

  • input ke desktop/laptop dan revisi tahap I; ini tugas yang cukup berat karena untuk pertama kali menggunakan laptop. Pengalaman ini memberi pelajaran berarti, saya pun akhirnya harus berada pada posisi pengadaan satu unit desktop (second, bekas pakai); in put data terjemahan menggunakan satu program komputer yang diciptakan khusus untuk para penerjemah alkitab. Program itu disebut Shoebox

  • Bimbingan pertama dengan ahli; bimbingan pertama dengan ahli dalam hal ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan sekaligus ketrampilan menulis bahasa daerah yang semula hanya orali menjadi bahasa yang dapat ditulis. Ilmu yang didapat disebut orthography. Beberapa kali lokakarya kami harus ikuti.
  •  
  • Lokakarya orthography sekali saja tidak dapat segera memberi kepuasan pada ejaan, tanda baca, lambang bunyi, dan lain-lain yang berhubungan dengan bahasa daerah dimaksud. Bimbingan ahli juga dimaksudkan untuk memahami konteks antropologis, sosiologis, dan teologis. Ini sejumlah ilmu yang terasa berat, namun tidak dapat menghindar. Misi gereja (dhi GMIT)sudah ada di tangan, maka kami tetap bertekad untuk belajar dan terus belajar.

  • Uji Coba dengan Kaum Awam Tahap I. Tahapan ini menarik karena penerjemah wajib membawa pembaca yang kiranya memeuhi kriteria tertentu. Kriteria dimaksud yakni: tipis pengetahuan alkitab tetapi luas pengetahuan praktis berbahasa. Hal ini dimaksudkan agar bila kami ada dalam sesi pembahasan ayat-ayat yang diterjemahkan, respek kaum awam pertama ditujukan kepada makna kata terlebih dahulu sebelum menyentuh makna teologis.

  • Revisi Tahap II, Uji Coba Tahap I telah berakhir dengan bimbingan ahli yang disebut Fasilitator/Pembina Tim. Selanjutnya tim mendapat tugas untuk merevisi lagi teks/naskah oleh karena mendapatkan masukan korektif dari kaum awam.

  • Back Translation (BT), dilakukan oleh Pembina yang diakui (bersertifikat internasional). BT dimaksudkan untuk menerjemahkan secara lurus seluruh naskah bahasa daerah ke dalam bahasa Inggris. Naskah hasil BT ini akan dikirim kepada Konsultan Ahli yang ditunjuk oleh WBT

  • Uji Coba dengan Kaum Awam Tahap II. Tahapan ini sama dengan Uji Coba Tahap I, tetapi pembacanya mesti berbeda. Pada tahapan ini, Konsultan Ahli dari WBT duduk bersama dengan kaum awam, tim penerjemah dan pembina. 

  • Tahapan ini sungguh berat karena Konsultan Ahli dari WBT sama sekali tidak berbicara dalam Bahasa Indonesia apalagi bahasa pengantar terdekat dengan bahasa daerah yakni Bahasa Melayu Kupang; tetapi suatu hal yang menakjubkan karena dalam diskusi-diskusi selalu menarik dari aspek ilmu bahasa, terlebih ketika masuk pada materi pesan-pesan teologi.

  • Tahapan selanjutnya menjadi tugas para sahabat di kantor dalam urusan dengan type setting, komunikasi dengan percetakan, pembiayaan, pengiriman hasil cetak, dan penyerahan hasil ke Majelis Sinode GMIT untuk selanjutnya diadakan peluncurannya.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline