Hanya guru yang benar-benar rasul kebangunan dapat membawa anak ke dalam alam kebangunan. Hanya guru yang dadanya penuh dengan jiwa kebangunan dapat "menurunkan" kebangunan ke dalam jiwa anak... (Sukarno, 1964:614-615).
Pengantar
Upacara bendera memperingati Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun(Dirgahayu) PGRIke-77 di semua jenjang dan lokasi telah berlangsung pada hari ini, Jumat (25/11/22).
Upacara Hari Guru Nasional, HUT PGRI ke 77 dapat saja dilihat sebagai suatu rutinitas belaka sehingga pemaknaannya pun biasa-biasa saja. Dampaknya, sikap dan tindakan stagnan, nyaman-nyaman saja sesudah upacara, namun bila pemaknaannya sungguh diindoktrin dalam darah dan jiwa guru, maka akan terjadi perubahan.
Para guru dalam lima unit sekolah (3 unit SD, 2 unit SMP) di dalam desa Nekmese Amarasi Selatan Kabupaten Kupang, tahun 2022 ini memperingati Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun PGRI ke-77 bersepakat untuk bersatu dalam satu upacara bendera. Kami tidak mengabaikan undangan Pengurus Daerah PGRI Kabupaten Kupang. Kami menjunjung dan mendukung upacara yang terjadi di tingkat Kabupaten Kupang yang mengambil tempat di lapangan salah satu uni sekolah Kecamatan Takari.
Upacara yang dilangsung oleh Pengurus Ranting PGRI desa Nekmese mengambil tempat di halaman SMP Negeri 3 Amarasi Selatan. Di dalam upacara inilah ada refleksi, inspirasi dan motivasi khusus untuk guru dan siswa di dalam 5 unit sekolah ini. Bagaimana bentuknya? Uraian gamblang dalam tulisan ini semoga menginspirasi.
Refleksi, Inspirasi dan Motivasi
Sub judul ini terinspirasi dari konteks gambaran umum kondisi dan permasalahan pendidikan pada umumnya dan secara khusus pada konteks lokal unit-unit sekolah di dalam desa Nekmese.Unit-unit sekolah yang dimaksudkan itu yakni:
- SD GMIT Koro'oto sebagai sekolah pertama dan tertua di dalam desa
- SD Inpres Nekmese, sekolah yang "lahir" dari rahim SD GMIT Koro'oto
- SD Negeri Naet, sekolah yang "lahir" dari rahim SD Inpres Nekmese
- SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan, dilahirkan oleh Yupenkris GMIT Pusat (1998)
- SMP Negeri 3 Amarasi Selatan, sebelumnya merupakan sekolah satu atap (Satap) dengan SD Inpres Nekmese
Inilah unit-unit sekolah yang berada di ranah pendidikan dasar dalam desa Nekmese bersama-sama dengan beberapa unit pra sekolah yang penyelenggaraannya oleh institusi keagamaan di dalam wilayah desa ini. Sementara masih terdapat 1 unit sekolah yakni SMA Negeri 2 Amarasi Selatan yang dibangun dari koordinasi dan sinkronisasi tokoh masyarakat,guru, Pemerintah Desa Nekmese, Pemerintah kecamatan Amarasi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Kupang, dan teristimewa dengan institusi keagamaan lokal yakni GMIT Pniel Tefneno Koro'oto.
Pada hari ini, Jumat (25/11/22) para kepala sekolah, kepala desa, guru, pensiunan guru, beberapa mahasiswa KKN,pengurs Komite dan para siswa menghadiri upacara ini. Pembina Upacara dipercayakan kepada Ketua Cabang PGRI Kecamatan Amarasi Selatan.
Pembina Upacara membacakan sambutan tertulis Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang pada intinya menyampaikan refleksi tentang kegamangan dunia pendidikan ketika berada pada masa pandemi covid-19, dan upaya untuk keluar dari situasi itu dengan cara yang sifatnya cepat tanggap. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat, yang oleh karenanya membutuhkan kecepatan pula pada praktiknya di ruang-ruang kelas oleh guru dan siswa.
Pada titik berangkat yang baru ini guru harus berada di garis waktu belajar secara autodidak, terutama untuk tidak tertinggal dan stagnan pada zaman digitalisasi ini.
Refleksi apa yang muncul pada masa ini ketika upacara berlangsung di sekolah pedesaan:
- guru berhadapan dengan perubahan yang serba cepat pada zaman digitalisasi
- guru berhadapan dengan keterbatasan ketrampilan pemanfaatan produk teknologi informasi dan komunikasi baik hard product maupun soft product
- guru berhadapan dengan keterbatasan kemampuan ekonomi masyarakat pedesaan (orang tua siswa); walau terdapat pula dalam jumlah sedikit orang tua siswa yang secara ekonomi mampu, namun tidak segera sampai pada titik pemanfaatan produk zaman digitalisasi
- mayoritas siswa SD, SMP lambat mengikuti perkembangan zaman ini, kecuali mereka yang sudah tiba di bangku Sekolah Menengah Atas dengan terpaksa karena sudah dipaksa untuk sampai ke sana oleh sekolah.
- fasilitas sekolah yang belum tersedia sesuai tuntutan; bila sudah tersedia, guru belum/tidak siap memanfaatkan. Misalnya chrombook dan notebook.