Lihat ke Halaman Asli

Roni Bani

Guru SD

Puisi Pengiring ke Pelukan Ibu Pertiwi

Diperbarui: 24 November 2022   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi, foto/twibbonize: Cabang PGRI Amarasi Selatan

Kaum Guru, orang tua siswa, Pemerintah Kabupaten Kupang dan jajarannya hingga Kelurahan Buraen, Pengurus PGRI Cabang Amarasi Selatan, pensiunan guru, keluarga guru, tokoh masyarakat, pemimpin umat beragama, siswa, alumni, sahabat dan kerabat pada hari ini telah mengikuti upacara penguburan jenazah seorang guru. Ia meninggal dalam usia 59 tahun, yang artinya setahun lagi ia akan purna tugas edukasi. Air mata tak habis-habisnya mengalir dari isteri dan anak tunggal yang masih berstatus mahasiswa. Hujan turun sangat deras seakan turut dalam duka ini. 

Rangkaian acara dalam rangka mengantar jenazah sang guru ke tempat yang disediakan, yakni:

  • Pengantar, oleh Master of Ceremony
  • Pembacaan Daftar Riwayat Hidup
  • Sambutan Penguatan dari Pemerintah Kecamatan/Kelurahan
  • Sambutan Penguatan dari Pengurus Cabang PGRI Kecamatan 
  • Ungkapan terima kasih dari perwakilan keluarga
  • Upacara menurut agama yang dianut oleh keluarga berduka
  • Upacara secara dinas untuk mengantar jenazah tiba di liang lahat

Semua rangkaian acara ini berlangsung dalam nuansa hati yang tak tenang teduh. Matahari cukup menyengat kulit antara pukul 08.00 - 12.00 WITa. Pada giliran berikutnya, awan tebal bergeser tanpa angin kencang. Hujan pun turun amat deras ketika upacara menurut agama masih berlangsung. 

Para pelayat bergeser, ada yang dalam posisi berdiri karena telah terpercik air hujan, ada yang benar-benar sudah basah. Aliran air di permukaan tanah membasahi area upacara. Dalam kondisi yang demikian upacara menurut agama yang dianut pun berakhir.

Kini, upacara secara dinas mesti berlangsung menurut prosedur tetapnya. Diskusi singkat dilaksanakan oleh pejabat yang mewakili pemerintah Kabupaten Kupang (dhi. Dinas P & K Kabupaten Kupang). Kesepakatan diambil untuk menyederhanakan upacara kedinasan tanpa mengurangi esensinya. Maka, sambutan serta penghormatan pada jenazah guru wajib dilaksanakan. Beruntungnya, pembacaan riwayat hidup telah diawali. Hujan belum reda.

Penyerahan jenazah secara simbolis dengan sebentuk foto diterima oleh pejabat yang mewakili Kepala Dinas P & K Kabupaten Kupang. Selanjutnya, diikuti dengan sambutan. Hujan mereda sebentar saja. Bendera diselubungkan di atas peti jenazah, rekan-rekan guru segera mengusung peti jenazah, diikuti penghormatan yang dipimpin oleh seorang rekan guru lainnya. Lagu Hyumne Guru dilantunkan oleh siswa-siswi SMP Negeri 1 Amarasi Selatan. Selamat Jalan Sang Guru.

Peti berisi jenazah sang guru tiba di bibir lahat. Penghormata terakhir segera dilakukan diikuti dengan penurunan bendera. Upacara selesai dan barisan Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri/ASN) pun dibubarkan. Upacara berakhir.

Rangkaian upacara penguburan jenazah dari seorang guru SMP Negeri 1 Amarasi Selatan pada hari ini, Kamis (24/11/22) ditandai selain dengan sambutan penguatan, upacara keagamaan dan kedinasan, ada pula sepenggal puisi yang ditulis dan dibacakan oleh Ketua Cabang PGRI Kecamatan ketika menyampaikan sambuatan penguatan dan bela sungkawa. 

Puisi itu sebagai berikut:

Di sini kami tunduk dalam rona pilu, tak hendak bertarak menghalau ngilu;
Di sini kami merundukkan rasa dalam nada syahdu, tak jua merindukan nada riang
Di sini kami menitikkan air mata dalam tangis sendu, tak dapat jua kami tahankan dalam birama ratapan

Kami tak dapat menolak tarikan nafas, kami tak kuasa membendung alir udara, 
Tangis akan kami akhiri, ratap dapat kami tutup; kesan dalam ingatan dan genangan masa terus ada dalam refleksi


Buraen, 24 November 2022

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline