Media arus utama telah menghadirkan satu berita menarik, Presiden Prabowo belanja buku di New Delhi. Sungguh menarik.
Seorang Presiden dalam lawatan ke luar negeri menyempatkan diri ke toko buku, bukan saja untuk sekadar melihat-lihat judul buku, nama penulis, tahun terbit, penerbit dan lain-lain metadata di buku, tetapi juga membeli dan membawa pulang.(Sumber)
Sebagaimana lazimnya pejabat publik yang tiba di pentas tertinggi kekuasaan di negara ini, yakni menjadi seorang Presiden, maka tindakannya akan dibaca pengamat politik sebagai sesuatu yang sifatnya politis.
Satu tindakan sederhana yakni mampir ke toko buku dan membeli buku oleh seorang Presiden, namun berdampak luas. Rasa-rasanya pemberitaan media arus utama dan media sosial lebih memprioritaskan hal ini daripada kunjungan kenegaraan Sang Presiden.
Bagaimana jika kita membuat perbandingan sederhana antara nuansa politis yang dimainkan Presiden Prabowo Subianto dengan suasana perpustakaan di sekolah-sekolah dasar pedesaan.
Mungkinkah kebiasaan atau mungkin tradisi membeli dan membaca buku akan menjadi satu inspirasi untuk mengalokasikan sejumlah anggaran bagi pengadaan dan pengembangan perpustakaan sekolah di pedesaan?
Bila kita melakukan apa yang saat ini sedang trend, gugling, kita dapat saja menemukan banyak informasi mengenai satu topik tertentu yang diinginkan. Saya mencobanya untuk menemukan informasi tentang kebiasaan Presiden Prabowo Subianto membaca buku.
Fakta Presiden Prabowo Subianto:
- suka membaca dan mempunyai perpustakaan pribadi di rumahnya, di Hambalang. (Sumber)
- suka berkunjung ke toko buku dan membeli (memborong) buku. (Sumber)
- suka mengoleksi buku
Dampak dari kebiasaan yang agaknya sudah mentradisi ini maka seorang Prabowo Subianto kaya diksi. Hal ini terlihat ketika berpidato. Sering naskah pidato yang sudah disiapkan, justru menjadi rambu-rambu belaka. Ia melisankan opininnya sendiri, dibandingkan membaca apa yang sudah tertulis.
Padahal materi yang sudah ditulis itu jelas-jelas dibuat oleh para pakar yang telah mendiskusikannya, menata frasa dalam paragraf sedemikian rupa agar bila dibaca kelak terdengar runut dan logis.