Bila kerinduan melangkah maju
sambil membungkus keserakahan dengan
ari berfrasa kebohongan,
tidakkah model itu sebagai penistaan
moral dan etika?
Bila kejujuran dan ketulus-ikhlasan
diganjar dengan fitnah dan kebohongan,
bukankah sikap itu membredil kemuliaan?
Negeri antah berantah memangku dan memeluk
insan lugu, berlipstik loba, berjubah pecundang,
walau masih ada segelintir yang bekerja keras
transparan hingga diri pun dibiarkan dikuliti,
tetap pada ketegarannya.
Ada tawa di ruang berhawa sejuk
ketika belantara dibabat.
Ada tangis di alam terbuka
ketika dermawan membagikan sembako
atas nama kemanusiaan
Kapan kekerdilan dan kepicikan olah pikir berakhir?
Bilamanakah kelicikan dan kepongahan dihentikan?
Permukaan bumi sudah nyaris penuh dengan sampah
frasa kebohongan dan angkasa pun berjubel sesak
paragraf solusi kemaksiatan.
Hanya mereka yang menyadari akan dirinya
sebagai insan Ilahi yang mampu berdiri
untuk kebermanfaatan dan kedamaian
fisik dan psikis
Umi Nii Baki-Koro'oto, 22 November 2024
Heronimus Bani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H