Lihat ke Halaman Asli

Herulono Murtopo

Profesional

Ketika Covid-19 Menelanjangi Penyakit Kita

Diperbarui: 22 Maret 2020   11:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto via TEMPO.co

Mewabahnya Corona Covid-19 menjadi keprihatinan tersendiri. Banyak negara mencoba bersatu dan saling bahu membahu menghadapi pandemi ini. Di Indonesia, kasus ini merangsang kita untuk berefleksi secara lebih jernih. Wabah ini, dengan karakteristik yang berbeda dibandingkan beberapa wabah sebelumnya, seakan menelanjangi penyakit kemanusiaan kita yang sesungguhnya. 

Bukan hanya penyakit biologis, jasmaniah, namun lebih berbahaya adalah penyakit kemanusiaan kita. Beberapa hal yang tampak begitu dominan: irrasionalitas, egoisme, dan ketidakadilan berfikir.

Irrasonalitas

irrasionalitas adalah sebuah cara berfikir yang tidak logis. Logikanya lebih logika pembenaran daripada logika kebenaran. ketidakrasionalan itu muncul dalam bentuk ketidakpecayaan terhadap sains atau sebaliknya kemalasan berfikir sehingga mudah percaya pada berbagai informasi yang seolah olah ilmiah padahal tidak. Sebagai masyarakat yang religius, sangat umum untuk lebih mempercayai hal hal yang sifatnya religi dan rohani dibandingkan data dan fakta. 

Dengan demikian, peran pemuka agama sangat dominan di sini, sebaliknya peran ilmuwan menjadi nomor dua. Oleh karena itulah, masyarakat kita sangat bergantung dari apa yang disampaikan oleh tokoh tokoh agama sebaliknya jarang mereferensi kelompok kelompok ilmuwan menanggapi berbagai fenomena. 

Akan sangat membantu sebenarnya kalau tokoh agama juga mau rendah hati untuk mendengarkan apa yang dikatakan para ahli di bidangnya dan tidak membuat pernyataan pernyataan yang masalah justru menimbulkan ketidakrasionalan. Sehingga, tidak melulu berbicara sesuatu yang adikodrati.

Bagaimanapun juga, kasus wabah corona covid-19 ini mengajak kita untuk saatnya mendengarkan dan memperhatikan dunia sains. Hasanudin Abdurakhman, misalnya di kolom detik, mengatakan bahwa dalam menghadapi virus corona, pakailah prinsip prinsip sains. menurutnya, persoalan ini merupakan persoalan sains, perilaku virus ini ada ilmunya. 

Termasuk bagaimana menanggulanginya juga ada ilmunya. Dengan tegas beliau mengatakan, lawan dari sains adalah kepercayaan tanpa nalar dan bukti. Kepercayaan, masih menurut beliau, tidak mengubah perilaku virus.

Sains merupakan alat kebenaran, yang di dalamnya ada pengujian dan evaluasi untuk terus dikembangkan dan menemukan formula penanganannya. Maka, berkaitan dengan hal ini, berfikir ilmiah sangat diperlukan menghadapi kenyataan. Indonesia, memang dalam arti tertentu kelewat santai menanggulangi wabah ini. 

Sebenarnya, berdasarkan kajian WHO dan potensi wabah ini di daerah Indonesia, semestinya kita punya cukup waktu untuk menanggulangi keadaan. Sayang sekali, langkah dan sikap yang diambil malah justru bersifat politis dengan mengatakan kita negara berdaulat yang tidak bisa disetir. 

Atau bahkan, dalam situasi ini ada juga tokoh tokoh politik yang seakan cari panggung dengan tidak menghiraukan rekomendasi ilmuwan yang memang kompeten dan kapabel di bidangnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline