Lihat ke Halaman Asli

Herulono Murtopo

Profesional

Agus-Sylvi Memang 'Ga Nyambung-an'

Diperbarui: 28 Januari 2017   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar saya ambil dari detik.com dengan saya beri ilustrasi meme

Dua putaran debat pilkada DKI, memang belum begitu tajam, tapi sudah menunjukkan kwalitas masing masing pasangan. Setelah pada putaran pertama, pak Anies menilai to the point bagaimana jawaban yang disampaikan oleh Sylviana Murni bahwa apa yang disampaikannya menarik, tapi ga nyambung, di putaran kedua ini juga menampakkan bahwa pasangan calon ini ga nyambungan.

 "Jawaban Ibu Sylvi menarik, tapi kok nggak nyambung," kata pak Anies waktu itu ketika mempertanyakan tentang PORA. Dan anehnya, meskipun debat debat ga nyambungan begini paslon tetap merasa unggul dalam debat. Hebatnya lagi, hayah padahal biasa saja, ada juga Kompasianer yang menguraikan mengapa Agus Sylvi unggul dalam debat.

"Jelas dalam debat ini AHY-Sylvi menjadi juaranya, Ahok-Djarot yang petahana bisa di kalahkan, Anies-Sandi juga di kalahkan, di samping karena AHY-Sylvi tanpa beban mengikuti acara debat tersebut, terlihat sylvi menguasai pengalaman untuk menjawab pertanyaan dari paslon nomor 1 dan 2." kata Kompasianer tersebut. Sumpah... ngakak sebenarnya. Hahahaaa....  Dengan menampilkan tulisan ini, ragu juga sebenarnya saya.... ragu karena harus menampilkan dan mengutip tulisan yang ga jelas. Tapi juga merasa perlu untuk memperlihatkan datanya. Ya sudahlah... Masa iya sih, jawaban ga nyambung ga nyambung begini bisa dikatakan unggul.

Semalam juga debat mempertontonkan ketidaknyambungan itu. Yang kali ini parah malah. Kalau yang Sylvi ketika ditanya Anies itu dengan istilah yang agak aneh aneh, kali ini dengan bahasa yang sederhana pun, pertanyaan dari Djarot jawabannya juga ke mana mana. Ibaratnya, pertanyaan apa jawabnya juga apa. Kalau saya ngoreksi jawaban mahasiswa yang semacam itu, saya bilang, jangan mengarang indah yak.... lihat pertanyaannya dan buat garis besarnya apa... kalau mau diuraikan silahkan. Tapi jawaban harus nyambung dengan pertanyaan.

  “Kami melakukan kebijakan untuk melakukan relokasi rumah-rumah di bantaran sungai dalam bentuk rumah susun. Pasangan no 1, Mas Agus ada program rumah untuk rakyat, dengan cara dibangun di tempatnya tanpa menggusur. Kemudian disampaikan ada 390 hektar lahan di pemukiman kumuh dan bantaran sungai yang akan dibangun. Pertanyaan saya adalah, bagaimana dibangun tanpa memindahkan dan menertibkan bangunan itu sehingga bisa warga di bantaran sungai dan daerah-daerah yang melanggar itu mendapatkan rumah yang layak huni. Terimakasih,” tanya pak Djarot. Ahok bahkan menyampaikan kalau intinya mereka (Ahok Djarot) tidak mampu melakukan.

Kalau dilihat kan jelas neh pertanyaannya. Apalagi ini menguntungkan tertanya sebenarnya. Inilah kesempatan yang pada hemat kami untuk menyerang dan mengkritisi kebijakan Ahok Djarot yang dianggapnya semena mena pada masyarakat dan sekaligus untuk menterjemahkan programnya dalam kenyataan. Bagaimana mewujudkan konsepnya yang menarik itu loh yang kemudian dipertanyakan. Ini kan sangat membantu yak. Pertanyaanya juga sangat jelas, bagaimana membangun tanpa memindahkan. Mudah kan? bagaimana membangun. Ini sangat konkret. Sangat jelas.

Ibarat anak TK neh, ditanya bu guru, "emh pinter sekali makan buburnya bisa habis... bagaimana kamu tadi menghabiskannya?" Si anak bisa menjawab, "aku makan pakai sendok bu guru... lalu yang sisa aku buang ke selokan tadi...." pertanyaan yang sangat sederhana.

Sayang sekali, pertanyaan sesederhana itu jawabannya, " “Benar pak Jarot bahwa kami meyakini semua bisa ditata. Kita semua bisa menata Jakarta, membangun Jakarta, tanpa harus menggusur warganya begitu saja, semena-mena. Itu adalah komitmen, dan itu yang akan kami perjuangkan untuk warga Jakarta. On side upgrading adalah paradigma yang akan kami gunakan. Membangun, meremajakan kampung di tempat yang sama. … Akhirnya tidak mencabut mereka dari habitat aslinya. Karena yang terjadi adalah semakin meningkatnya kemiskinan di perkotaan.  …. Caranya tentu kita lakukan dengan mengalokasikan lahan yang ada karena dengan membangun dari atau mengkonversi dari horizontal housing atau perumahan yang horizontal menjadi perumahan yang vertikal.

Tentu ada lahan-lahan yang bisa digunakan untuk tetap mereka mendapatkan hunian yang layak dan juga tidak mengganggu aliran sungai. dan ini juga kita lakukan secara pararel karena kita meyakini bahwa lingkungan hidup juga harus dipelihara sehingga tidak menghadirkan dampak yang tidak kita harapkan terutama banjir. Dan itu dilakukan bersama sama dengan masyarakat. Kami berbicara dengan banyak aktivis, berbicara dengan berbagai komunitas  mereka mau untuk bergeser sedikit,  bukan gusur, bergeser sedikit untuk didirikan rumah hunian yang layak. Mereka yakin bahwa dengan cara cara seperti itu mereka tidak akan kehilangan miliknya.

Mereka akan tetap memiliki rumah bukan rusunawa tapi rusunami. dan yang lebih penting lagi adalah mereka tidak akan kehilangan mata pencahariannya karena kita integrasikan dalam program rumah rakyat yang itu adalah tempat tempat usaha yang layak dan terakhir mereka akan memiliki status dan martabat yang terjaga dan ini penting untuk kesejahteraan rakyat Jakarta.” Jawaban itu diakhiri Agus dengan senyuman... seakan akan jawabannya sudah bagus. Top markotop. Jos gandos.

Padahal saya yang menontonnya bingung, "Mas Agus ngomong apaan sih? bagus, cuman ga nyambung...." Padahal saya membayangkan, bahkan Ahok Djarotpun rela memberikan dukungan kepada AHY Sylvi seandainya mereka menjawab dengan konkret dan jelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline