Lihat ke Halaman Asli

Herulono Murtopo

Profesional

Secara Naluriah, Lelaki Butuh Kesuksesan dan Wanita Butuh Jaminan (Seri Motivasi #3)

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sebagai penutup buku Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps, Allan dan Barbara Pease mengatakan bahwa "pria menginginkan kekuasaan, pencapaian, dan seks." Sedangkan, "wanita menginginkan hubungan, kestabilan, dan cinta". Itulah sebabnya, biasanya ukuran sukses biasanya berbeda antara pria dan wanita. Bagi pria, kesuksesannya diukur dari keberhasilannya dalam hal kekuasaan atau jabatan, finansial, dan seks. Sedangkan bagi wanita kebanyakan, sukses berarti berhasil mendapatkan pasangan yang sukses dan mau mencintai dia apa adanya. Seorang wanita karier yang sukses akan merasa gagal kalau rumah tangganya berantakan.

Untuk bagian terakhir dari pria, kesuksesan dalam hal seks itu, sayangnya, tergambar dari berapa banyak dia menaklukkan atau lebih tepatnya mendapatkan wanita. Meskipun dari sudut pandang wanita ini terdengar tidak 'menyenangkan' tapi itulah sebenarnya naluri dasarnya. Memang agak susah memperbandingkan pria dan wanita. Pria itu diibaratkan kunci. Wanita adalah gemboknya. Kalau kunci bisa dipakai untuk membuka berbagai macam gembok, ia dikatakan kunci serbaguna, kunci hebat dan multifungsi. Sedangkan kalau gembok bisa dibuka dengan berbagai macam kunci, dia dikatakan gembok rusak.

Tapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa otak lelaki yang terus ber'evolusi' akan menuju pada kesempurnaan dan kesempurnaan yang dimaksud itu adalah monogami. Jadi, menurut teori ini, semakin baik seorang lelaki, dia akan semakin setia dengan pasangannya. Tergantung pada tingkat evolusi otaknya. hehehee... hiburan neh buat para cewek. Penelitian pola-pola perilaku tersebut dilakukan oleh Dr Satoshi Kanazawa dari London School of Economics and Political Science yang hasilnya telah dipublikasikan dalam jurnal Social Psychology Quarterly edisi Maret.

Tapi ya memang itulah faktanya, secara naluriah seorang lelaki itu mencapai kesuksesan. Konon, otak lelaki didesain untuk memecahkan masalah. Kalau ada masalah, dia bisa membuat file-file di otaknya, kemudian mencari jalan keluarnya. Secara otomatis, begitu seorang lelaki mendapati masalah otaknya berfikir untuk menyelesaikan masalahnya. Menyelesaikan masalah adalah bagian terbesar dari harga diri seorang lelaki, apalagi di depan pasangannya.

Itulah sebabnya lelaki merasa terhina kalau dinasehati oleh lawan jenisnya. Atau banyak hal akan kedengaran berbeda bagi laki-laki. Misalnya, ketika lelaki tersesat bersama pasangannya. Ia sadar bahwa dia tersesat. Tapi kalau ceweknya yang mengatakan mereka sedang tersesat, mekanisme dependsnya seorang lelaki akan menyangkal dan mengatakan bahwa dia sengaja mencari jalur alternatif.

tips bagi wanita yang punya pasangan dalam keadaan begini adalah jangan langsung bilang, "mas... tersesat. Tanya dulu saja!!!" Meskipun maksudnya baik dan tujuannya benar, bagi lelaki akan terdengar, "mas... kamu bodoh amat sih, jalan saja sampai tersesat!!!" Lebih baik si cewek pura-pura kebelet kencing, nyari toilet lalu tanya jalan yang benar sama orang lain.

Pelajarannya adalah jangan pernah menasehati pria apalagi menyalahkannya kalau tidak ingin hubungan kalian pecah berantakan. Hehehee....

Naluri kesuksesan seorang lelaki tampak juga misalnya dalam hal politik. Di Indonesia memang banyak atau dipersyaratkan quota wanita sebagai caleg. Nyatanya juga banyak partai yang kewalahan memenuhi quota tersebut. Kurang dari 15% wanita di seluruh dunia yang sungguh-sungguh terlibat politik. Dalam hal karier juga, hanya sebagian kecil wanita yang sungguh-sungguh berfikir tentang karier.  Kalau bukan karena uang dan terdesak kebutuhan hidup, sebagian besar wanita lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang nyaman, enak memelihara anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada mereka.

Konon, otak lelaki yang berorientasi pada kesuksesan itu terbentuk karena proses evolusi yang panjang. Lelaki sejak jaman dahulu kebagian tugas untuk berburu binatang dan mencari makan. Ia harus bertanggung jawab untuk wanita-wanita yang menjadi bagian dari tanggung jawabnya. Bahkan, pada jaman dahulu, poligaminya para lelaki juga berkaitan dengan tanggung jawabnya sebagai seorang lelaki. Seorang lelaki dituntut berbagi dalam banyak hal kepada mereka yang membutuhkan. Itulah sebabnya, meskipun lelaki dikenal tak punya hati, tapi kalau dia berhadapan dengan wanita yang curhat tentang permasalahan hidupnya, hati nuraninya tergerak untuk bertanggung jawab. Dari situasi primitif yang semacam itu, warisan cara berfikir itu masih tetap ada di jaman modern ini.

Lelaki akan merasa tidak lagi lelaki kalau dia tidak bisa bertanggung jawab.

Hampir semua pria akan lebih mementingkan pekerjaan dan kariernya dari pada urusan percintaan dan relasi. 18 % lelaki menganggap pekerjaan mereka jauh lebih penting. 99% persen lelaki menginginkan kehidupan seks yang hebat, dalam ukuran mereka. Karena tidak banyak waktu off bagi kaum lelaki, waktunya on terus untuk memperjuangkan kehidupan dan tanggung jawabnya, umumnya usia laki-laki lebih pendek dibandingkan wanita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline