Lihat ke Halaman Asli

Ingin Tak Jadi apa-apa

Diperbarui: 28 November 2024   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pri

Aku benci.......

Aku benci pada masyarakat kebanyakan......

Salah jika mereka ku sebut iblis dalam jelmaan manusia di bumi ?

Bagaimana tidak, mereka mampu menghancurkan seorang anak yang bahkan tak pernah meminta untuk hadir.

Seolah sikap mereka dalam menciptakan standar kesuksesan seseorang dapat dibenarkan. Kesuksesan selalu saja ditakar dalam bentuk materi dan jabatan. Cuihhhhh, menjijikan.

Bukankah seorang anak hadir atas izin sang Tuan? Lalu mengapa sang anak harus terus hidup dengan beban pembuktian yang orang lain sematkan? sang anak dipaksa untuk terus berlari mengejar dan memenuhi semua standar itu, hingga sang anak lupa bahwa hidup ini tentang perjalanan dan bukan pelarian.

Sampailah sang anak pada titik lelah dalam pelariannya. Dia menangis, termangu di sudut kamar, menenggelamkan kepalanya pada kedua kaki yang ditekuk, terisak sejadinya-jadinya. Dia begitu lelah, tak sanggup untuk berlari lagi, tak sanggup memenuhi beban pembuktian.

Bangunlah nak ! bukan tugas mu untuk memenuhi ekspetasi orang lain. Jangan pernah punya niat untuk membuktikan sesuatu pada manusia. Ada langka yang harus terhenti, mundur atau bahkan memutar arah meski yang telah dilalui sudah jauh sekali, ada harapan yang harus dibunuh paksa meski itu adalah doa-doa sejak lama. Tak perlu memaksakan diri, nikmati saja kesempatan yang sang Tuan berikan.

Pergilah nak ! pergi kemana hatimu merasa damai, temui apa yang menjadi panggilan dirimu. Tak perlu lagi memikirkan semua beban pembuktian yang orang lain sematkan. Bahkan jika ingin mu masih sama seperti enam tahun lalu untuk hidup di tempat kecil dengan sebuah ketenangan tanpa menjadi apa-apa dan hanya hidup dengan meraup semua ketenangan dan kebahagiaan, maka lakukanlah.

Kau hanya seorang anak yang dilempar ke bumi yang begitu kejam. Tak perlu menjadi apa-apa, pergi dan berbahagialah dengan setiap langkah dan jalan yang kau pilih. Sesekali apabila dalam perjalananmu ternyata kau begitu lelah, maka istirahatlah sejenak. Bangun dan berbahagialah nak ! Bila waktu perjalananmu sudah usai, itu menyoal otoritas sang Tuan pada ciptannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline