Lihat ke Halaman Asli

NIETSZCHE : Fatum Brutum Amorfati

Diperbarui: 28 November 2024   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Jangan …. !! aku tak boleh jatuh lagi ! aku tak boleh menjatuhkannya lagi ! ini sudah sembuh, tak boleh sakit lagi. Kemarin sudah berhasil ku lampaui, ku lalui dengan baik. Aku benar-benar menahannya kali ini, aku tak akan membuat kesalahan yang sama untuk kembali menjatuhkan diri dalam pusaran tanpa jalan keluar itu. Hari ini aku tertawa seolah semua kebahagiaan di dunia ini hanya milikku, tak lama kemudian aku menangis terisak seolah ingin mati dan menghancurkan satu dunia. Menyakitkan bukan? Ibu mengandung dan mempertaruhkan nyawa untuk melahirkanku menjadi manusia yang hidup dengan hati, tapi cinta yang sesaat itu mampu merubahku menjadi manusia yang tak memiliki hati.

Ini sudah percobaan kesekian, tapi aku tak kuasa untuk berpura-pura lagi. Ingin ku untuk memulai kembali begitu besar, tetapi rasa takut dan amarah yang tertanam di dalam diriku ternyata jauh lebih besar. Rasanya raga dengan sendirinya terus saja menolak banyak cinta yang hadir. Berulang kali coba kuyakini bahwa mereka yang hadir tak sama dengan masa lalu yang telah lama tertinggal di belakang, tetapi berulang kali pula keyakinan itu runtuh. Aku tak berani lagi memulai kisah baru, setiap ku coba langkahkan kaki untuk maju menatap hari depan, selalu bayang masa lalu menarik satu kaki ku lagi untuk diam di tempat, atau bahkan kembali ke belakang. Ini benar-benar tidak adil untuk mereka yang datang. Kisah gagal terdahulu mampu menghancurkan harapan baru yang datang kemudian. Menyedihkan, aku benar-benar menyedihkan.

Aku ingin memulainya lagi, seperti Dia yang mampu memulai dengan orang baru begitu cepat. Bukankah aku juga berhak untuk menata kembali? Bukankah aku juga berhak atas segala kebahagiaan yang ada di bumi ini? mengapa Kau renggut semuanya? mengapa Kau renggut hati yang begitu besar ini? tangisku memecah keheningan gelap. Telah ku berikan semua yang ku punya, termasuk diri ini untuk terus belajar menjadi orang yang seturut dengan Mu. Tapi betapa menyakitkan ketika dia meninggalkan ku dengan alasan keimanan ku yang menggebu-gebu pada Mu. Adilkah ini? Mengapa skenario Mu begitu tak adil. Kau menciptakan hati yang begitu besar untuk ku berikan padanya, lalu aku membawa dia pada Mu yang merupakan sumber dari segala cinta yang ada di bumi, tapi justru karena kecintaan ku terhadap Mu dia memilih pergi. Jika tau begini, Kau tak perlu membiarkan hati ku jatuh padanya, atau Kau tak perlu menciptakan aku yang begitu mengimani semua ajaran Mu yang menjadi pemisah diantara kami.

Aku ingin terus mencintai Mu. Tapi aku meragu karena skenario konyol yang Kau ciptakan. Bisakah Kau berikan alasan untukku terus mencintai Mu? Bisakah Kau berbaik hati untuk mengembalikan hati ku yang telah lama hilang ? aku ingin mencobanya kembali, aku ingin menerima cinta yang hadir lagi, aku ingin merasakan semua kebahagiaan yang ada di bumi. Seperti kala itu, kami tertawa menceritakan berbagai lelucon dari penjuru dunia.

NIETSZCHE : FATUM BRUTUM AMORFATI, Cintailah takdir meski itu kejam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline