Menjadi pengurus PKK di perumahan bagi beberapa teman menjadi hiburan tersendiri. Bagi yang bekerja, bisa ngilangin stress dari pekerjaan kantor. Meski barang sejenak. Bagi ibu rumah tangga bisa jadi selingan dari pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Jangan dipikir kalau menjadi ibu rumah tangga itu tidak bekerja. Bahkan bisa lebih dari 24 jam!
Memang sih, ada juga yang kurang suka berkumpul karena sudah capek seharian bekerja di kantor. Ada juga yang capek seharian ngurus anak. Dikembalikan saja pada pribadi masing-masing. Tinggal bagaimana kita mengambil sudut pandang atas sesuatu.
Bicara tentang keberagaman, bisa kita mulai dari organisasi PKK. Sebagai pengurus PKK RW Pokja 1 bidang Ketuhanan, kami mempunyai program pengajian bulanan. Untuk mengadakan kajian ini tentu saja kami harus punya dana. Dana itu kami dapatkan dari para donatur di tiap-tiap RT. Setiap donatur mendapat buku kecil berisi sejumlah dana yang bisa mereka setorkan tiap bulan. Kami tidak membatasi nominal tertentu.
Alhamdulillah, dana yang terkumpul bisa membiayai kegiatan-kegiatan Pokja 1 ini. Salah satunya pengajian dengan mendatangkan pembicara dari luar. Jadi, kami mandiri secara finansial.
Suatu hari saya dikejutkan ketika memeriksa kartu-kartu tersebut. Ada salah satu nama di kartu itu yang saya tahu betul pemiliknya non muslim. Saya konfirmasi ke bendahara apa benar ibu ini menjadi donatur kajian? Apa bukan karena sungkan sehingga memaksakan diri turut andil sebagai donatur?
Ternyata tidak ada unsur paksaan sama sekali. Baik dari luar maupun dari dalam diri pribadi sang ibu tadi. Ia hanya ingin berpartisipasi agar kegiatan kami bisa berlangsung dengan istiqomah. Wah, saya respect padanya.
Contoh lain. Sebagai pengurus Divisi Keputrian Masjid, kami baru saja menyelesaikan agenda Baksos Ramadan tahun ini. Rencana memberi 350 bingkisan berupa sembako seharga Rp. 135.000 per paketnya tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Untuk itu, kami menyebarkan edaran kepada warga muslim agar berpartisipasi. Kami pilih hanya yang muslim karena memang penyelenggaranya kami, pengurus divisi keputrian Masjid. Ini acara rutin di bulan mulia.
Di suatu kesempatan, salah satu pengurus RT mendatangi saya dan menceritakan ada warga non muslim yang minta diberikan edaran Baksos. Katanya, ia ingin berpartisipasi. Heemm... saya menaruh hormat padanya.
Contoh lain lagi saya dapatkan ketika membantu Takmir Masjid mengelola kegiatan Idul Qurban. Selain para bapak, takmir melibatkan para ibu yang tergabung dalam PKK. Ada beberapa pos untuk mendukung lancarnya acara ini. Misalnya pemotongan, penimbangan, pengepakan, penyaluran, dan memasak. Kebetulan tahun lalu saya pilih pos memasak karena ingin mendapat suasana baru. Tahun-tahun sebelumnya saya berada di pos penimbangan dan pengepakan.