Lihat ke Halaman Asli

Hermiwati

Arabic Language

Langit Cinta Seorang Ayah, Walau Tak Bertahta Surga

Diperbarui: 12 November 2024   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di setiap hembusan napas dan jejak langkah kita, ada seorang yang kerap kita abaikan namun selalu hadir. Ia adalah ayah, sosok yang mungkin jarang merengkuh kita dengan kelembutan, namun memberi keteguhan seperti gunung yang tak tergoyahkan. Langit cinta seorang ayah adalah luas tanpa batas, seluas harapan dan doanya bagi kita---meskipun ia tak pernah meminta pamrih, meskipun ia tak bertahta syurga. 

Ayah, dalam diamnya adalah sosok yang tak selalu menunjukkan kasih dengan pelukan atau kata-kata manis. Ia adalah samudra yang dalam, kadang tenang di permukaan namun menggelora di dalamnya menyimpan ribuan doa untuk anak-anaknya. Saat malam tiba dan dunia terlelap, seorang ayah masih terjaga dalam doanya, menitipkan harapan-harapan untuk masa depan kita. Walau bibirnya tak selalu pandai merangkai kalimat-kalimat cinta, namun setiap tetes keringat dan lelahnya adalah bukti kasih yang tak pernah lekang. 

Seorang ayah mungkin tak tampak seterang ibu dalam cahaya cinta yang terlihat. Ia lebih sering berdiri di belakang layar dalam senyapnya bekerja dan berjuang. Kasih sayangnya sering kali tersembunyi dalam peluh yang menetes, dalam tubuh yang lelah namun tetap tegak, dalam mata yang redup namun selalu menatap kita dengan bangga. Seperti langit yang biru membentang, cinta seorang ayah selalu ada, walau sering tak terlihat. 

Cinta seorang ayah adalah langit yang menaungi kita, memberi ruang untuk terbang bebas, namun selalu menjaga agar kita tak jatuh terlalu jauh. Ia mungkin tak melarang kita mengejar impian, namun diam-diam ia siap menjadi penopang saat sayap kita rapuh. Ia tak pernah mengeluh meski harus memikul beban berat, karena baginya kebahagiaan keluarga adalah segalanya. Ketika melihat kita tersenyum, semua letihnya sirna. Saat mendengar kita sukses, semua perjuangannya terbayar lunas. 

RRI.co.id

Seorang ayah mungkin tak selalu tahu bagaimana merajut kata-kata manis. Ia mungkin tak fasih mengungkapkan rasa sayang dengan hadiah atau pujian. Namun, melalui tindakannyadan  melalui ketangguhannya menempuh hidup yang penuh liku, kita bisa merasakan cintanya yang dalam dan tulus. Di tengah kerasnya kehidupan, ayah adalah sosok yang selalu memberi tanpa mengharap pamrih, sosok yang akan memilih berjuang di tengah badai daripada membiarkan keluarganya terombang-ambing dalam ketidakpastian. 

Di balik sosok yang diam itu, ayah adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Pagi-pagi buta ia bangun, mempersiapkan diri untuk bekerja demi kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya. Ia mungkin tak pernah mengeluh ketika hujan deras atau panas terik harus ia tempuh. Setiap langkahnya menuju tempat kerja adalah langkah cinta, langkah yang diam-diam menyimpan harapan agar kita tak perlu merasakan kesulitan yang pernah ia alami. 

Ayah adalah sosok yang rela mengorbankan kebahagiaannya sendiri demi kita. Saat kita meminta sesuatu, mungkin ia tak langsung mengabulkannya  bukan karena tak peduli tetapi karena ia sedang berjuang dalam diam, memikirkan cara terbaik untuk memenuhi setiap impian kita. Dalam kesederhanaannya, ayah mengajarkan bahwa cinta bukanlah hanya tentang memberi, tapi juga tentang mendidik dan membekali kita dengan kekuatan.  Dalam Islam, cinta seorang ayah tak hanya berbentuk kasih sayang yang terlihat, tetapi juga dalam usaha tak kenal lelahnya untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan mendidik anak-anaknya dengan akhlak yang baik. 

Meski mungkin tak selalu mengungkapkan rasa sayang dalam kata-kata, seorang ayah selalu memohon kepada Allah dalam doanya, agar anak-anaknya diberikan kemudahan dan keberkahan hidup. Maka dari itu sebagai anak, kita jangan sampai lalai atau lupa untuk berbakti kepada kedua orangtua. Memuliakan mereka yang tidak membedakan antara Ibu dan Ayah, sebagaimana Rasulullah SAW juga memberikan perhatian besar terhadap bakti kepada orang tua, termasuk ayah. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud, ia bertanya kepada Rasulullah SAW, "Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah?" Rasul menjawab, "Sholat pada waktunya." Ia bertanya lagi, "Kemudian apa?" Rasulullah menjawab, "Berbakti kepada orang tua." (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menekankan bahwa setelah ibadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua adalah salah satu amalan yang paling tinggi nilainya.

Pixabay

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline