Mungkin bagi sebagian orang sudah pernah mendengar tentang Gerakan Gelang Harapan yang dibentuk untuk membangun solidaritas bagi penyandang kanker.
Gelang yang terbuat dari kain perca kain khas dari desainer kondang dan peduli kanker, Ghea Soekasah untuk semua penderita dan warrior kanker se-Indonesia.
Untuk menindak lanjuti kampanye gerakan tersebut, Wulan Guritno bersama Amanda Soekasah dan Janna Soekasah-Joesoef selaku tim produser yang tergabung di Alkimia Production meluncurkan Film I am Hope, yang berkisah tentang perjuangan gadis muda bernama Mia, yang divonis mengidap kanker. Dan Maia, sang sahabat yang menjadi semacam penyangga semangat dan inspirasi Mia untuk melalui tantangan demi tantangan dalam menghadapi penyakit kanker dan memperjuangkan mimpinya untuk tetap berkarya.
“Kami bersyukur, proses produksi I am Hope berjalan lancar, dan kami mengucapkan terima kasih atas dukungan banyak pihak. Harapan kami semoga film ini menjadi inspirasi perjuangan bagi banyak orang, termasuk yang saat ini sedang berjuang melawan kanker,” ungkap Wulan Guritno saat ditemui di kediamannya berapa hari yang lalu.
Sebagian keuntungan dari penualan tiket filem yang akan tayang perdana pada tanggal 18 Februari 2016 ini akan di sumbangkan kepada penderita kanker yang kurang mampu melalui Gerakan Gelang Harapan.
Sinopsis:
Mia , seorang wanita muda di perankan Tatjana Saphira adalah yang sangat ingin untuk membuat sebuah pertunjukan. Namun mimpi itu harus terhenti saat ia divonis kanker, penyakit yang sama dengan ibunya.
Mia berasal dari keluarga serba berkecukupan, namun kini ia hidup ala kadarnya karena kekayaan keluarganya habis untuk membiaya pengobatan ibunya terdahulu. Dan semenjak divonis kanker, ia merasa seluruh pengalaman kelam yang pernah menimpa keluarganya akan kembali terulang.
Ayahnya (Tio Pakusadewo) akan kembali terpuruk, biaya pengobatan akan kembali mencekik, dan yang paling ia takuti adalah mimpinya perlahan akan sirna. Beruntunglah Mia memiliki Maia (Alessandra Usman) teman yang terus setia dan bersikap positif di sampingnya.
Mia pun lebih tegar berjuang untuk menghadapi proses kemoterapi. Hampir semua uang tabungan yang ia persiapkan untuk membuat pertunjukan habis terpakai. Dan pada suatu hari di sela waktu pengobatannya, dia mencoba untuk menghubungi seorang produser pertunjukan ternama melalui alamat yang ia miliki.