Lihat ke Halaman Asli

Herma Yulia

SMPN 1 OKU

Koneksi Antar Materi_Modul 1.3

Diperbarui: 9 Desember 2022   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi _canva

Tak terasa sudah setengah perjalanan dilalui di Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 7 ini. Pada modul 1.3 tentang visi guru penggerak membahas mengenai pemahaman pentingnya visi yang berpihak pada murid sebagai landasan segala inisiatif perubahan dalam pendidikan dan memahami mengapa dan bagaimana manajemen perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri apresiatif.

Kali ini saya akan memenuhi tugas 1.3.1.8 Koneksi Antar Materi Modul 1.3, tahapan per modul telah dilalui dengan banyak sekali penambahan wawasan bagi saya pribadi.

Disini kita diajak untuk membuat impian tentang visi yang akan kita wujudkan, tentu saja visi yang berpihak pada anak. Tentang lingkungan sekolah dan sarana prasarana yang kita impikan dimasa depannya. Hal ini dilakukan untuk mengeksplorasi pemikiran kita untuk memahami manajemen perubahan dengan pola fikir positif.

Untuk mewujudkan visi impian yang kita inginkan, perlu kita lakukan beberapa langkah-langkah perubahan dengan pola fikir positif tadi. Pendekatan untuk melakukan langkah-langkah perubahan tadi dilakukan dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA).

koleksi pribadi-canva

Inkuiri Apresiatif (IA) adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang berfokus pada upaya kolaboratif untuk menemukan hal positif dalam diri seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa lalu, masa kini maupun masa depan (Cooperrider & Whitney, 2005). Pendekatan ini merupakan pendekatan berfikir yang menggali semua kekuatan-kekuatan yang ada didalam manajemen sekolah. Aset yang dimiliki sekolah berupa guru, anak, sarana prasarana dan lingkungan dapat kita cari kekuatan-kekuatannya sehingga kita sebagai guru penggerak dapat berkolaborasi menyelaraskan kekuatan-kekuatan tersebut menjadi suatu power yang hebat.

Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap perubahan zaman. Perlu menyusun budaya positif yang dapat kita jadikan sebagai pembiasaan. Yang pada akhirnya tujuan pembiasaan ini akan membentuk karakter baik semua warga sekolah.

Untuk mewujudkan hal ini seorang pemimpin membutuhkan partisipasi dari semua warga sekolah. Perubahan yang positif dan konstruktif di sekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Oleh karena itu, sebagai pemimpin, kita hendaknya terus berlatih mengelola diri sendiri sambil terus berupaya menggerakkan orang lain yang berada di dalam lingkaran pengaruh kita untuk menjalani proses perubahan ini bersama-sama. Kita bukanlah penyedia semua jawaban dan jalan keluar bagi sekolah,kita adalah penyelaras konteks dan pembangun koherensi perubahan. Hal ini perlu dilakukan dengan niatan belajar yang tulus demi mewujudkan visi sekolah impian. Kita perlu mendalami peran strategis rekan guru dan segenap komunitas orang dewasa di sekitar murid demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Kita tidak mungkin dapat menjangkau semua murid sendiri. Kita perlo berkolaborasi dengan semua aset disekolah, bersama-sama memikirkan dan mewujudkan visi yang relevan dengan keterampilan abad 21.

Diperlukan seorang penggerak yang dapat memimpin pembelajaran, kita sebagai guru penggerak dapat menggerakkan untuk melakukan perubahan positif dan menyelaraskan semua kekuatan semua aset sekolah agar tercipta perubahan yang signifikan. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi tidak menjadi penghalang, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan.

Berdasarkan pendekatan Inkuiri Apresiatif, kita dapat menyusun visi impian dengan menggunakan langkah tahapan dalam IA yang di dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline