"Sssttt ...., mbak .... ini rahasia kita yaaa", bisik saya ke Mbak Bik, anak pertama saya. Rahasia? Iya, ... artinya, yang tau itu cuma saya dan mbak Bik. Begituh ...
Tapi, ... ga juga. Dan, itu berlaku ke adik-adiknya juga. Anak-anak saya, ada lima orang. Sebagai abi, saya berusaha perlakukan mereka sama. Kalo saya punya rahasia sama si mbarep, saya juga harus punya rahasia sama yang nomer 2 - Dik Nanon, nomer 3 - Dik Iyud, nomer 4 - Mas Adak, dan si bontot - Mas Ham.
Rahasia saya dan anak-anak, macem-macem bentuknya; ada cerita yang belum saya bagi cerita ke yang lain, ada beliin jajan sebelum beliin yang lain, ada beliin baju, beliin buku, diajak abi ke museum, keliling taman, dan banyak lagi macemnya.
Buat saya "rahasia-rahasia" bentuk begitu, adalah luar biasa, karena ya di situ letak batas kemampuan saya. Orangtua lain insyaa allaah bisa lebih dari itu, kan?
Suatu hari, saya ajarkan ke Mbak Bik, cara ambil uang di mesin ATM, tanpa kartu (cardless). Itu momen dia menghafal tahapan-tahapannya, mulai dari ke lokasi ATM (yang biasanya ada di swalayan Indoma*t atau Alfama*t, yang mudah ditemui dimanapun di perkotaan), kemudian menghafal nomer WA aktif saya, lalu masukkan password dari saya. Dan, itu jadi "rahasia baru" di antara kami berdua.
Lama-lama, "rahasia" itupun kebongkar sama adik-adiknya. Hehehehe .... Dan, dari lima anak saya, si nomer 3 - Mbak Iyud, yang paling iseng. Setelah dapet bocoran cerita dari mbaknya, tanpa tanya ke abi, dia pun "praktek"; ambil uang di ATM tanpa kartu ... hehehehe.
Lalu, mbak Bik pun cerita ke saya, begini .....
"Bik", mbak Bik panggil saya Bik.
"Bik, kemarin lo, iYud bikin malu aku", kata mBak Bik.
"Lha emang kenapa, Mbak?"
"Dia lo ke kasir, trus bilang mau ambil uang transferannya abiku, dia kasih nomer WA nya abi. Mbak kasirnya kan bingung. Trus ditanya sama mbak kasir, transferan apa ya?