[caption id="attachment_45390" align="alignleft" width="300" caption="Hermawan Kartajaya dan Untung Suwarso"][/caption]
Disebelah saya adalah Untung Suwarso, Direktur dari Indonesia Trade Promotion Center atau ITPC di Sao Paulo. Foto ini diambil di kantor ITPC yang berlokasi di Edificio Park Lane, Alameda Santos 1787. Tugas Pak Untung adalah mempromosikan produk Indonesia di Brazil. Karena itu, ruangan tamu kantor ITPC mirip Showroom yang dipenuhi oleh berbagai sampel produk.
Sebagai pejabat senior Depdag, Pak Untung sudah pernah ditempatkan di Tokyo juga sebagai Atase Perdagangan di KBRI disana. Dari pembicaraan saya, kelihatan Pak Untung yang pernah mengambil Graduate Program di Amerika itu, sangat analitis. Sepuluh Komoditi Utama dan sepuluh Komoditi Potensial Ekspor Indonesia ke Brazil, benar - benar dianalisa trend angka angka nya. Kelihatan, misalnya bahwa ekspor Indonesia ke Brasil meningkat pesat di Kelapa Sawit sehingga punya share sampai 81 persen. Begitu juga dengan Karet dan Produk Karet yang naik secara rata rata sebanayk 33,56 persen dalam lima tahun terakhir. Walaupun secara import share, Indonesia hanya pegang 2,73 persen disitu. Begitu juga dengan Komponen Kendaraan Bermotor yang naik dengan rata2 147,43 persen dalam lima tahun terakhir dengan Import Share yang masih 0,66 persen. Ini hanya beberapa contoh dari hasil analisa Pak Untung terhadap dua puluh Komoditi Indonesia, baik yang Utama maupun yang Potensial. Dengan melakukan analisa seperti itu, maka upaya ITPC bisa lebih terfokus. Di Kelapa Sawit, misalnya yang diperlukan tentunya "defensive strategy", karena share sudah besar. Sedang di kelompok Karet dan Komponen Motor, lebih diperlukan "offensive startegy". Menarik cerita Pak Untung bagaimana ITPC ikut membantu Gajah Tunggal supaya tidak "dicampur aduk" dengan produk ban dari Tiongkok yang dianggap melakukan "dumping" oleh Brazil. Saya pribadi jadi bangga sekali, mendengar bahwa Gajah Tunggal menggunakan Brand GT dalam mengekspor ban ke Brasil. Tentunya selain dalam bentuk Ban, Indonesia juga meng ekspor komoditi dalam bentuk Karet mentah ke Pabrik pabrik Ban di Brazil. Selain itu, saya juga melihat sampel produk Handuk dari Indonesia yang mau penetrasi ke hotel hotel di Brazil. Brosur nya sudah dalam bahasa Portugis, begitu juga dengan Company Profile Video nya. Pak Untung bahkan cukup inovatif, ketika menganjurkan perusahaan tersebut untuk membuat sampel Handuk dengan logo World Cup 2014 yang memang akan diselenggarakan di Brazil. Begitu juga dengan logo Rio 2016 untuk Olympics. "Saya melihat di jalan jalan disini,mulai ada yang kayak begituan, jadi saya ambil inisiatif untuk coba menawarkan sampel tersebut ke beberapa importir" katanya. Buat saya,ini termasuk "creative strategy" yang memang sangat penting dalam International Marketing. Memang tidak mudah, karena produk Tiongkok sudah ada dimana mana disana. Tapi belakangan, kata pak Untung, banyak permintaan dari para Inmportir Brazil yang kepingin cari produk dengan kualitas lebih tinggi, datang ke ITPC. [caption id="attachment_45392" align="alignright" width="300" caption="Fabio (kiri), Hermawan Kartajaya (tengah) dan Sinta (kanan)"][/caption]
Fabio M Sin, orang Brazil yang staf Marketing ITPC kelihatan memang sangat luas networknya. Dialah yang banyak membantu para produsen Indonesia disana. Selain itu juga ada staf lokal Sinta Surentu, orang Indonesia yang sudah enam tahun tinggal di Sao Paulo dan bersuami orang Brazil. Kedua orang yang juga berfoto dengan saya itulah, yang menjadi partner Pak Untung di Sao Paulo. Mereka berdua, dengan bahasa Portugis nya yang fasih bisa melakukan terobosan kemana -mana.
Brasil memang jauh dari Indonesia, tapi potensinya sebagai "alternative market" bagi para eksportir Indonesia sangatlah penting. Inilah negara besar dengan penduduk hampir 200 juta orang dan GDP per Capita yang sudah mencapai US $ 8500,-. Selain itu, Brazil juga masuk kelompok "emerging countries" yang sering disebut BRIC (Brazil, Rusia, India, China). Ketika, pasar tradisional seperti Amerika dan Eropa sudah jenuh atau terkena krisis,diversifikasi pasar ke pasar alternatif seperti diperlukan. Karena itulah,peranan ITPC yang jadi "mata dan telinga" dan sekaligus "match maker" bagi para eksportir jadi sangat penting. Selain itu, tentunya bersama KBRI setempat, bisa ikut menjaga kepentingan para eksportir dari sisi perjanjian bilateral maupun multilateral. Mengunjungi ITPC seperti di Sao Paulo ini,makin menyadarkan kita semua,bahwa bahkan dijaman "horizontal" inipun,peranan Pemerintah diperlukan bahkan lebih diperlukan lagi oleh pengusaha. Terutama untuk masuk ke Pasar yang tidak "biasa". Karena itu,saya senang sekali mendengar pak Untung mengatakan : "Sudah menjadi kewajiban saya untuk membantu semua eksportir Indonesia.Karena ITPC ini memang didirikan untuk mereka.Baik yang besar maupun yang kecil.." Mudah-mudahan semangat seperti ini ada disemua Kantor ITPC dimanapun berada. Selamat berjuang terus Pak Untung, Fabio dan Sinta !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H