Kata sebagian orang, dalam kondisi terpepet, seseorang bisa melakukan sebuah tindakan yang boleh dikatakan di luar nalar akal sehat. Bahkan setali tiga uang, dalam kondisi terdesak, seseorang juga kadangkala dapat melakukan kekuatan ekstra yang sejujurnya tidak bisa ia duga sebelumnya, dimana kekuatan tersebut tidak bisa dilakukannya dalam kondisi normal. Tidak heran orang sering menyebutnya the power of kepepet, disamping istilah lain the power of emak-emak.
Seperti halnya orang yang takut dengan binatang yang namanya anjing. Orang tersebut mendadak bisa berlari cepat dua kali dari kemampuan normalnya, ketika tiba-tiba dikejar seekor anjing. Saat teringat kejadian itu, orang tersebut tentu tidak habis pikir dan menduga bisa berlari secepat itu. Bisa jadi banyak contoh lain di sekitar lingkungan kita, atau mungkin kita sendiri yang sudah pernah mengalaminya.
Mungkin ada orang yang tiba-tiba bisa melakukan lompatan tinggi, karena menghadapi situasi kebakaran yang melalap rumahnya di lantai tiga. Dan dalam kondisi normal tentu saja tidak akan berani melakukannya. Atau karena seseuatu yang menakutkan, seseorang bisa saja melakukan tindakan melompati dinding setinggi dua meter dengan sekali lompatan.
Layaknya sebuah ungkapan yang seringkali beredar di lingkungan kita dengan pendekatan logika dalam situasi kepepet adalah, uang bukanlah segalanya tetapi segalanya membutuhkan uang. Uang tidak dibawa mati, tetapi kalau tidak ada uang rasanya mau mati. Benar ? Sebuah pendekatan yang bisa dialami siapa saja. Karena tanpa uang menjadikan seseorang kepepet dan berani melakukan tindakan yang bisa membahayakan orang lain.
Seperti yang penulis lakukan saat mengantar isteri ke dokter di sebuah rumah sakit swasta di Semarang karena di indikasi mengalami frozen shoulder atau peradangan otot di sekitar bahu kanannya. Dalam situasi keuangan seorang pensiunan dan atas saran saudara-saudara di komunitas, disarankan menggunakan dana BPJS saja, mengingat proses pemulihannya cenderung lama dan harus bolak balik fisioterapi. Bahkan dokter sendiripun langsung menyarankan penggunaan biaya BPJS.
Menyadarkan akan arti nilai uang dalam sebuah proses perjalanan kehidupan yang tidak pernah diduga di satu sisi, dan bisa jadi menyudutkan dalam kondisi kepepet di sisi yang lain. Bahkan mungkin tidak saja uang, tetapi keberadaan harta benda dan kekuasaan. Sebuah pendekatan yang bisa dialami siapa saja, bahkan sejarah mencatat, seperti kasus ini. Ah, kalau kami mati tadinya di Tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi DAGING dan MAKAN ROTI sampai kenyang ! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk MEMBUNUH seluruh Jemaah ini dengan kelaparan.
Sebuah proses dalam perjalanan kehidupan manusia, yang secara sadar atau tidak sadar akan dialami oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Bisa jadi orang seringkali untuk mencoba protes kepada Sang Khalik, akibat apa yang diharapkan jauh dari kenyataan. Sehingga membawa dalam kondisi kehidupan yang terpepet dan terhimpit. Atau bisa juga diperhadapkan dengan kondisi sebaliknya. Mungkin ada sebagian orang yang hidup berkecukupan bahkan berkelimpahan dibandingkan dengan kehidupan orang lain, masih saja ada yang berasa kurang. Yang kurang inilah, yang kurang itulah, seperti sebuah ketamakan yang tidak pernah habis. Dan ini jamak kita temui di sekeliling kita.