Lihat ke Halaman Asli

Herman Utomo

pensiunan

Pesawat...

Diperbarui: 13 Desember 2023   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

httpspixabay.comidphotospesawat-terbang-bandara-angkutan-7013022

Matahari belum lagi tinggi buat menyinari tempat tinggal penulis yang sebagian tertutup pohon-pohon pinus yang menjulang. Ditambah lagi sebelah rumah penulis sudah dibangun dua lantai. Jadi rumah penulis yang dulunya bisa kebagian sinar matahari sejak terbit, sekarang kebagian sinar mataharinya baru sekitar jam delapan pagi. Setelah tiga hari tidak turun hujan, rasanya kasihan juga lihat beberapa tanaman di belakang rumah yang tanahnya mulai mengering.

Baru saja penulis mulai menyirami tanaman dengan selang plastik yang warnanya mulai pudar di makan waktu, tiba-tiba terdengar suara menderu di angkasa. Suaranya makin kencang terdengar. Dan sontak penulis melihat ke atas. Ternyata sebuah pesawat helikopter melintas di atas rumah penulis. Entah mengapa, pagi-pagi sudah terbang begitu rupa. Yang jelas itu adalah tugas negara, bisa jadi.

httpspixabay.comidphotosheli-polisi-keamanan-patroli-4664861

Mendadak teringat masa kecil saat ada pesawat terbang yang melintas di atas rumah penulis yang tinggal di kota kecil di jalur pantai utara pulau Jawa. Dengan berlari mencoba melihat arah terbang sambil berteriak kegirangan, tanpa mempedulikan ada apa di depannya. Yang penting bisa melihat pesawat dengan jelas. Maklum saja, di tahun-tahun enam puluhan atau sekitar tahun tujuh puluhan, melihat pesawat terbang rasanya sesuatu gitu. Bahkan anak-anak penulispun saat mereka masih kecil. Rasanya girang bukan kepalang saat bisa melihat pesawat yang melintas di atas kepala mereka.

Memang berjalan apalagi berlari-lari dengan kepala terus mendongak ke atas mencoba mengikuti kemana arah pesawat terbang melintas, lama kelamaan membuat kepala ini jadi pegal. Belum lagi saat melihat ke atas tanpa mempedulikan sekitarnya, yang bisa membuat bisa tersandung sesuatu, yang bisa mengakibatkan tubuh jatuh terjerembab, tubuh lecet-lecet dan memar.

httpspixabay.comidphotosgadis-berjalan-boneka-beruang-anak-447701

Di lain posisi, tidak hanya berjalan apalagi berlari dengan mendongak ke atas yang bisa membuat kepala capek, sebaliknya berjalan sambil menduduk teruspun bisa membuat tubuh tidak stabil. Ditambah lagi karena kegiatan mata yang terus melihat ke bawah, bisa-bisa membuat sesuatu yang ada di depanpun ternyata tidak terlihat jelas dan nyata. Sehingga bisa ditebak, tubuh kehilangan kontrol saat menabrak sesuatu yang ada di depannya.

Rasanya seperti halnya mengarungi perjalanan kehidupan yang penuh gelombang. Tidak perlu terus melangkah dengan cara melihat ke atas, yang sepertinya bikin emosi makin meninggi. Apakah bisa terus berusaha meraih bintang di langit dengan segala usaha dan kemampuan diri sendiri ? Orang tua pernah kasih nasehat begini, janganlah selalu terus melihat ke atas. Sebab kalau itu diterus-teruskan, kalian akan capek bahkan kecewa untuk beroleh pencapaian yang tidak sesuai dengan impian, kemampuan dan keadaan. Belum lagi sering dianalogikan kalau berjalan menatap ke atas dianggap sebuah kesombongan dan keangkuhan.

httpspixabay.comidphotosmegalomania-keangkuhan-kesombongan-3049551

Jadi apakah kemudian kita harus berjalan dengan menduduk ? Tidak juga. Karena bisa saja kita kejedot-jedot dengan sesuatu yang tidak kita perkirakan. Mungkin pernah melihat tayangan, seseorang yang terus berjalan menunduk karena asik memainkan handphonenya, sehingga tidak menyadari kalau di depannya ada kolam ikan. Hingga akhirnya harus basah kuyup karena tercebur di kolam yang sepantasnya buat ikan saja yang berenang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline