Beberapa tahun silam warga kota Semarang, khususnya yang tinggal di daerah atas, dibuat kesal karena tidak rampung-rampungnya pekerjaan Under Pass Jatingaleh. Imbasnya dirasakan semua, bagaimana kemacetan luar biasa terjadi setiap hari. Sekalipun sudah dikasih jalan alternatif agar pada jam-jam sibuk di pagi dan sore hari tidak terjebak kemacetan yang menimbulkan stres, tetapi itu tidak melonggarkan situasinya. Bahkan suatu kali terjadi kemacetan total di titik simpul Jatingaleh. Sebuah penilaian akan kemungkinan adanya kesalahan dalam manajemen dan pelaksanaan di lapangan, bisa saja terjadi.
Karena jelas, pekerjaan tersebut sudah berdasar dan mengacu pada Kontrak Kerja, Schedule dan Shop drawing, termasuk di dalamnya ada item pengendalian dalam manajemen lalu lintas. Jadi kalau satu hal tidak dipenuhi oleh kontraktor pelaksana di lapangan, maka bisa ditebak akibatnya. Padahal saat itu proyek Under Pass Jatingaleh tersebut harus sudah selesai. Apakah kalau kemudian tidak terpenuhinya ambang batas waktu yang sudah ditentukan bakal terjadi putus kontrak ?
Begitu juga saat-saat belakangan ini, marak terjadi di beberapa tempat, adanya bayi-bayi manusia yang terbuang dengan sadar. Secara pribadi penulis tidak habis pikir, bagaimana seorang ibu kandung bisa tega membuang atau bahkan membunuh anak kandungnya yang sudah dikandungnya selama sembilan bulan. Mungkin ibu kandungnya merasa malu punya anak yang tidak jelas siapa bapaknya. Atau mungkin juga si ibu kandungnya berpikir, dia bakalan tidak sanggup menghidupi anak darah dagingnya. Bahkan mungkin dia juga tidak tahu atau tidak mau tahu, kalau Sang Khalik sendiri sebetulnya yang sudah bikin shop drawing-Nya buat anak yang dikandungnya.
Dari lubuk hati yang paling dalam terlintas sebuah pertanyaan. Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya ? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Tergantung dari sudut padang siapa yang melakukannya bukan ? Yang menjadi masalah buat Sang Pencipta adalah sekalipun dia melupakannya, Tuhan tidak akan melupakan anak yang dilahirkan lewat rahim ibunya. Karena sejujurnya Tuhan telah melukiskan anaknya tersebut di telapak tangan-NYA .
Fakta atas kejadian pembuangan bayi yang sudah banyak terjadi di lapangan dan bisa terungkap oknum yang melakukannya. Proses berlanjut kemudian adalah si ibu kandung dan pasangan resmi atau tidak resminya, bisa saja ditangkap polisi dan dihukum penjara dengan tuduhan pasal berlapis. Dan anak kandungnya yang tidak tahu apa-apa akan peristiwa pembuangannya, bisa saja diadopsi atau bahkan dijual belikan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Apakah ini sebuah time schedule ?
Mungkin persoalan buang membuang bayi dari darah dagingnya oleh seorang perempuan akibat hubungan terlarang sebelum menikah resmi, adalah jalan pintas yang dianggap sebagai solusi yang baik sebelum terjebak dalam kemacetan lalu lintas kehidupan yang terbayang di masa depannya. Sebuah pemikiran yang dangkal tanpa landasan iman. Tanpa berpikir dampak akibat kenikmatan sesaat.
Ketika hari ini kita mencoba bergaya di depan cermin kehidupan, merasakan bagaimana berharganya hidup kita yang sudah dilahirkan dari rahim seorang ibu yang penuh kasih. Tuhan sendiri yang begitu telaten membuat shop drawing hidup kita. Tuhan sendiri yang buat schedule kehidupan kita, dan Tuhan sendiri juga yang sudah menandatangi kontrak hidup kita.
Sedemikian adanya atas limpah kasih sayang-NYA, apakah yang harus kita lakukan selain hidup penuh ketaatan kepada Yang Maha Kuasa pada jalur keimanan yang teguh. Atau jangan-jangan masih ada kemacetan iman karena menerobos jalur yang sudah Tuhan sediakan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H