Lihat ke Halaman Asli

Herman Utomo

pensiunan

Respon....

Diperbarui: 20 Januari 2023   12:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels-rodnae-productions-7148899

Suatu kali saya pernah panggil istri saya yang sedang ada di ruang tengah. Tapi koq dia tidak merespon ? Padahal biasanya setiap kali saya panggil, dengan cepat dia akan jawab. Saya pikir dia tidak mendengar. Saya ulangi lagi, tidak juga merespon. Dan akhirnya saya dekati, ternyata dia sedang sibuk dengan tugas-tugas materinya yang membutuhkan konsentrasi.

Hal-hal seperti diatas seringkali terjadi pada siapa saja dalam sebuah keluarga. Ada hal dimana orang terdekat sekalipun tidak merespon panggilan kita. Bisa jadi memang orang tersebut tidak mendengar panggilan kita, atau pura-pura tidak mendengar, bahkan bisa jadi orang tersebut mendengar tapi sengaja tidak merespon panggilan kita karena alasan tertentu.

Dan respon orang yang memanggilpun bisa jadi beraneka ragam. Bisa jadi marah dan emosi karena merasa memanggil tapi tidak direspon. Atau mendiamkan saja peristiwa seperti ini dengan tidak mengulang lagi panggilannya. Atau bahkan meninggalkan saja kejadian kayak gini dan menganggap tidak ada masalah.

Acara panggil memanggil dengan kata-kata mesra dalam suatu keluarga adalah bukti suatu keterikatan dan kedekatan hati antara pribadi yang sudah diikat dengan tali kasih. Ada yang sudah terbiasa memanggil pasangannya dengan panggilan sayang, ada juga yang panggil dengan kata honey (kayak madu saja). Atau bisa juga panggil pasangannya Beb. Apapun panggilannya bukan menjadi suatu hambatan.

Tetapi timbul masalah ketika terjadi perselisihan atau salah paham di dalam rumah tangga. Apa yang terjadi ? Coba saja perhatikan kalau ada suatu keluarga yang sedang bertengkar bahkan diem-dieman kayak patung jogya yang kepalanya hanya manggut-manggut saja kalau disentuh tangan, karena ada per penyangganya. Demikan terjadi, pernahkan ada suara panggilan dalam rumah ? Tidak ada !

Jadi komunikasi antar anggota keluarga hanya lewat WA ataupun lewat tulisan pesan di kertas yang di tempel di lemari es pun menjadi alat komunikasi yang paling ampuh. Situasi rumah jadi kayak di kuburan. Hening tanpa ada suara. Kalaupun mungkin dalam kondisi terpepet, suami bisa saja panggil istrinya bukan lagi …sayang…ato mama…ato pake nama….tapi dia teriak….he..!!...he…!! Tragis bukan ..?

pexels-magda-ehlers-1386336

Begitu juga respon kita sebagai mahluk pribadi yang diciptakan oleh Sang Pencipta, membuktikan sampai sejauh mana kedekatan kita dengan Yang Maha Kuasa. 

Semakin kita sibuk dengan urusan duniawi, semakin jauh kita mendengar suara-NYA. Hingar bingar suara musik yang memekak dari atas panggung hajatan, mampukah memanggil kita mendengar suara panggilan-NYA untuk beribadah ? Kalau diadakan survey nasional, barangkali skalanya 10 berbanding 90. Demikan ramaikah suara duniawi ini ?

Semakin sibuk kita berurusan dengan materi, jabatan dan kekuasaan, semakin tuli telinga rohani kita. Urusan cuan menjadi nomor satu dan tidak tertandingi lagi. Tidak peduli lagi dengan panggilan Sang Khalik untuk datang beribadah.

Saya punya kawan yang dulunya taat beribadah di hari Minggu. Suatu saat saya menanyakan kepadanya, karena ada keluhan dari isterinya, kalau suaminya sekarang tidak mau lagi beribadah secara onsite. Suaminya memilih lebih baik ibadah lewat Youtube (rekaman). Apa pasal ? Suaminya yang tukang parkir punya alasan. Kalau hari Minggu situasi pasar ramai. Dan itu mendatangkan pundi-pundi uang buat keluarganya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline