Lihat ke Halaman Asli

Herman Utomo

pensiunan

Kesepakatan

Diperbarui: 9 Januari 2023   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels-savvas-stavrinos-814544

Beberapa tahun yang lalu tetangga saya yang baru saja kena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), mencoba kembali untuk bekerja di beberapa perusahaan. Mengirim beberapa lamaran, akhirnya ada sebuah perusahaan yang memanggil dia untuk wawancara. 

Singkat cerita terjadilah kesepakatan, mulai jam kerja, jam lembur, termasuk urusan gaji dan tunjangan. Berjalannya waktu, saat kondisi perekonomian negeri ini mengalami goncangan, dan demo buruh dimana-mana menuntut kenaikan gaji, tetangga saya juga ikutan berdemo.

Saat itu saya nanya dan bertanya-tanya, dulu kesepakatannya gimana ? Gajimu berapa ? Sepakatkah ? Kalau sudah sepakat apa masalahnya ? Kejadian-kejadian model seperti ini bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Entah terjadi tahun sekarang, tahun yang lampau ataupun di tahun mendatang. Dan bisa terjadi pada siapa saja yang bekerja di sektor apapun.

Persoalan protes memprotes dan demo mendemo untuk urusan gaji antara buruh dan majikan sepertinya tak lekang oleh waktu. Alkisah ada kasus yang menarik yang pernah terjadi sekian tahun yang lampau. Mayoritas buruh protes karena upah yang mereka terima dalam hari itu, sama dengan buruh baru, yang masuk bekerja dalam jam terakhir. 

Mereka merasa diperlakukan tidak adil oleh sang majikan. Karena mereka merasa sudah bekerja berat dan menanggung panas terik, tetapi koq upahnya sama dengan buruh baru yang baru bekerja dalam satu jam. 

Dalam hitungan upah per harinya tentunya. Tetapi majikan itu menjawab seorang dari mereka: Saudara, aku tidak berlaku tidak adil dengan kalian. Bukankah kita telah SEPAKAT dalam hal upah per hari? 

pexels-inzmam-khan-1134204

Itulah yang terjadi saat bagaimana buruh protes kepada majikannya. Orang yang bekerja dari pagi dibandingkan dengan orang yang bekerja mulai siang/sore koq digaji sama ? Disinilah arti pemahaman sebuah ke-"SEPAKAT"-an. Disinilah tingkat emosi dan kejiwaan kita diuji.

Beberapa kali memang kita mendengar dan melihat secara nyata dengan fakta di lapangan. Saat banyak anak-anak muda yang belum mendapat pekerjaan, kemudian kita coba pancing dengan memberikan tawaran pekerjaan yang dianggap menjanjikan, apa respon mereka yang pertama kali yang kita tangkap ? 

Anak-anak muda ini seringkali menjawab, udah gak apa-apa...digaji berapa saja saya mau. Yang penting saya bisa bekerja dan tidak nganggur. Bahkan ada juga yang menjawab, berapapun gajinya saya mau. Yang penting bekerja dan tidak diremehkan pacar. Sepele....tapi ini fakta !

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline