Lihat ke Halaman Asli

Herman Hidayat

Karyawan Swasta

Mata Batin

Diperbarui: 26 April 2018   10:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kesungguhanmu Mengejar Apa yang Sudah Dijamin Untukmu, dan Kelalaianmu Melaksanakan Apa yang Dituntut Darimu, adalah Bukti dari Rabunnya Mata Batinmu" (Al Hikam, Ibn 'Atha'illah). Kita sungguh perlu selalu ber-Do'a, agar senantiasa mendapatkan bimbingan-Nya, dengan Ilmu, Kecerdasan dan Kebijaksanaan. Dan tentu saja Kekuatan dan Kemampuan untuk mengamalkannya. Karena, betapa sering sesungguhnya yang terjadi; kita sudah memahaminya secara intelektual, mendapatkan ilmunya; tapi toh tetap kita mengabaikannya, tidak dapat mengamalkannya.

Dan satu-satunya tugas kemanusiaan kita ini, yang dituntut dari Hidup kita ini, Hanyalah untuk Beribadah kepadaNya. Dan ini, sungguh sudah sejak kecil kita mengetahuinya. Bahkan segala detail teknis bentuk-bentuk ibadah itupun sungguh sederhana dan mudah saja untuk memahaminya. Tapi, siapa bilang kita telah bebas dari ke-Rabun-an Mata Batin ini?

Mungkin kita tidak Buta; tapi siapa bilang kita tidak Rabun?

***

Sebenarnyalah, kita memang masih perlu selalu berlatih melakukannya. Tidak bisa hanya karena tahu dan ingin; dan kita langsung akan dapat melakukannya. Dapat melakukannya sekali; bukan pula jaminan untuk dapat melakukannya untuk kedua kalinya dan seterusnya. Melaksanakan tugas, setiap tugas, apa pun itu; perlu kesungguhan usaha, dalam latihan dan melakukannya. Bahkan sesederhana golf swing; siapa bilang tidak perlu bertahun-tahun latihan, never ending study and practice?

Jika untuk hasil usaha urusan duniawi itu, apa, kapan dan bagaimananya, kita percayakan sepenuhnya kepadaNya, itu karena adalah tanggungjawab-Nya, Dia yang akan mengaturnya, dan lagi pula Dia-lah yang lebih mengetahuinya; meski demikian, tetap saja untuk melakukannya proses fisiknya, kita harus melakukannya, dan berlatih memperbaiki dan menyempurnakan prosesnya. Maka untuk urusan ukhrawi kita ini, yang adalah kita petugasnya, maka kita lah yang sepenuhnya harus bertanggungjawab melakukannya, memperbaikinya, menyempurnakannya, dari ujung ke ujung, secara keseluruhan.

Seperti dengan Golf Swing, beribadah kepada-Nya pun, membutuhkan never ending study dan practice.

***

Ibadah-Ibadah kepada-Nya pun beragam; Mahdhoh dan Ghairu Mahdhoh. Atau aku suka membaginya dengan; Ibadah Fisik dan Ibadah Batin. Kalau yang pertama adalah seperti Shalat, Puasa, Zakat, Sedekah, Haji, Umroh dan seterusnya, maka yang kedua adalah seperti ridha, ikhlas, tawaddhu, syukur, sabar dan seterusnya.

Lalu dapat engkau lihat, bahkan rela, ridha, ikhlas dan syukur yang adalah Ibadah Batin, kita perlu selalu melakukannya di dalam setiap urusan duniawi kita sekali pun. Jadi pada akhirnya, sebenarnya kita pun menyelesaikan urusan duniawi kita sekaligus bersama dengan tugas-tugas ukhrawi kita juga. Tapi bukan hanya mengakhirinya; bahkan memulai urusan duniawi kita pun, kita memulainya dengan manteg niat, dengan di-iringi Bismillah, yang itu juga ukhrawi.

Maka, artinya; kita telah memulai urusan duniawi kita dengan langkah-langkah ukhrawi, dan mengakhirinya dengan langkah-langkah ukhrawi juga. Maka sebenarnya; dunia dan ukhrawi ini bisa selalu berkelit-kelindan. Tidak perlu dianggap selalu terpisah. Dan memang bukanlah hal yang terpisah. Tinggal bagaimana kita menjalaninya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline