Lihat ke Halaman Asli

Herman Efriyanto Tanouf

Menulis puisi, esai, artikel lepas

Pertama di NTT, Pesta Ramah Anak Pada Acara Peminangan

Diperbarui: 3 Februari 2022   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen pembagian hadiah pada Pesta Anak dalam acara peminangan Sastrawan Felix K. Nesi dan Octaviana Berek. (Foto: Alfred W. Djami)

Komunitas Lorosae bekerjasama dengan Komunitas Leko, beberapa penggiat seni foto dan perupa asal Kupang bersama keluarga besar mempelai menggelar pesta untuk anak-anak pada Jumat (28/1/2022). Mempelai dimaksud adalah sastrawan Felix K. Nesi bersama pasangannya Octaviana Berek.

Seperti acara peminangan di Timor pada umumnya yang berlangsung cukup lama, pesta anak ini baru dimulai pada pukul 19.00 WITA di rumah orang tua mempelai perempuan, Kilo Meter 2 Atambua, Kabupaten Belu. Sebanyak 45 anak yang hadir baik dari keluarga mempelai maupun tamu dan undangan yang hadir.

Beberapa orang tua pun ikut hadir dalam acara ini untuk mengawasi anaknya bermain. Ada juga orang tua yang langsung mengantar anaknya ke tenda pesta anak setelah diarahkan oleh pewara di tenda utama (acara orang dewasa). Jenis acara yang dilangsungkan adalah lapak buku bacaan anak secara gratis (Buku Lapak) oleh Komunitas Lorosae, menyanyi, mendongeng, menggambar dan mewarnai gambar bersama para penggiat seni yaitu Rexi Art, Tayuko-san, Alfred Djami, Armando Soriano, dan Herman Efriyanto Tanouf. Puncak dari pesta ramah anak ini adalah pembagian parcel (hadiah) kepada anak-anak oleh kedua mempelai.

Anak-anak asyik membaca buku. (Foto: Alfred W. Djami)

"Anak-anak sangat aktif bermain dan belajar. Ruang ekspresi benar-benar kita buka untuk mereka. Ada yang membaca komik, buku dongeng, ada yang menggambar dengan crayon dan cat air sambil bernyanyi ria," ucap Ricky Maya, salah satu penggiat Komunitas Lorosae.

Ricky sendiri mengakui, pesta ramah anak adalah hal yang baru baginya. Ia sendiri baru mengikuti acara semacam itu dan berharap banyak keluarga mau mengadaptasinya. "Akhirnya acara-acara yang selama ini identik dengan orang dewasa dapat dijangkau semua kalangan, terutama anak-anak yang terkesan dipaksakan untuk berbaur dengan orang dewasa."

Vivin da Silva, koordinator dari pesta anak ini menyampaikan, acara ini bertujuan untuk memberikan alternatif pesta ramah anak kepada masyarakat adat dan masyarakat urban perkotaan. Ia mengakui, berdasarkan hasil pengamatan komunitas dan kedua calon pengantin, anak-anak kerap kali tersisihkan di tempat pesta.

"Mereka juga tidak bisa tinggal di rumah karena orang tua semua biasanya pergi ke tempat pesta, kecuali bagi orang tua yang punya pengasuh di rumah. Di tempat pesta, anak-anak tidak punya tempat khusus. Mereka berlarian, kadang bisa menabrak orang asing atau orang tuanya dan ibu-ibu yang sedang bekerja. Ujung-ujungnya mereka dimarahi, dibentak, menangis, atau berkelahi di antara mereka," ungkap Vivin.

Vivin menegaskan, efek lain dari acara yang tidak ramah anak dapat mempengaruhi perkembangan anak. "Belum lagi, kalau itu pesta nikah. Tidak bisa dipungkiri bahwa kebanyakan pewara di NTT suka mengeluarkan jokes mesum. Itu sangat tidak nyaman untuk didengarkan oleh orang tua, apalagi oleh anak-anak. Bisa berpengaruh buruk kepada perkembangan anak."

Anak-anak dibimbing untuk mewarnai gambar. (Foto: Alfred W. Djami)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline