Lihat ke Halaman Asli

Herman Efriyanto Tanouf

Menulis puisi, esai, artikel lepas

Garis dan Aksara yang Hilang Makna

Diperbarui: 20 Januari 2020   09:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pascalcampionart

Kepada saya, orang-orang bercurah
tapi saya bingung, kepada siapa harus bercurah. Puisi tak cukup menampung gelisah. Saya butuh seseorang. Kamu, mungkin.

?

Dan kamu tak pernah hadir. Akhirnya saya memilih kolong jembatan Liliba tempat curah paling nyaman.

Perlu kau tahu, ketika saya coba menulis perihal curah, para kekasih tak pernah yakin. Kata mereka, itu puisi yang dipenggal dan Liliba itu lelucon. Itu sebab, bingung. Kepada siapa saya harus bercurah? Puisi dan lelucon lelucon sialan, telah merasuk isi kepala mereka.

Nadia sayang, saya jadi paham. Banyak kekasihmu, tapi tak seorang pun beri kasih. Gambar gambar imut karya tanganmu itu, menyimpan curah. Lagi lagi di isi kepala mereka, itu hanyalah gambar, tak lebih.B Beginisaja, kau dan aku boleh sepakat, kolong jembatan Liliba ialah jelmaan lantai empat sekolahmu.


Garis dan aksara
telah hilang makna, sayang!

Surabaya, Januari 2020

HET

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline