Lihat ke Halaman Asli

Herman Efriyanto Tanouf

Menulis puisi, esai, artikel lepas

Puisi | Mencari Alasan

Diperbarui: 3 Februari 2019   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Jose L. Franco

Suara-suara yang kau dengar, seakan menguatkan
langkahmu yang nyaris roboh di antara
gedung-gedung purba.
Ada sorot cahaya melingkupi
pasangan-pasangan kekasih, sedang kau
seperti monumen tanpa tubuh
gelap, hatimu.

Beberapa detik kau dengar lagi
itu suara-suara. Detak di jantungmu
merobohkan segala harap
menjamah tubuh bayi
bayi hanyut dalam peluk
kekasih yang menyediakan rahimnya, lagi
itu luka yang membawamu
kepada duka, kau kahilangan.
               
Hembus napasmu tak cukup liar, menggapai
setiap puncak dan tepian harap
anak-anak, kekasih
keluarga kecil
masa uban hingga keriput
itu cahaya yang enyah, kaulah
kegelapan.

Di akhir gema suara-suara itu, kau menjumpai
jejak, ialah jawaban atas segala ziarah
ketika langkahmu terhenti
di gedung-gedung purba lainnya.
Ada titik cahaya melingkupi pasangan penari
syair-syair requiem mengiringi lenggok tubuh mereka
dihempasnya, masuk ke jiwamu.

Ada alasan untuk pergi
setelah cahaya yang kau jumpai
adalah gelap yang tak pernah usai.
Suara-suara keluh, memanggil
Papa, mengapa?
itu suara putri dan istrimu
yang kau bunuh semalam
dengan benci di mata kelewang
tanpa kasihan dan alasan.

Kupang, 2019
HETanouf

Komunitas Penulis Kompasiana Kupang dan NTT (KampungNTT)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline