Lihat ke Halaman Asli

Herman Efriyanto Tanouf

Menulis puisi, esai, artikel lepas

Menjumpai-Mu

Diperbarui: 23 Januari 2019   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pixabay.com/ Stefan Keller

Masih kucari wajah-Mu di tengah rimbun mahoni, dalam Kapela di atas bukit kubur yang nyaris roboh. Tukang-tukang bangunan telah mati di hari keenam. Naija Tuaf menikmati jamuan bersimbah darah, sedang Naija Bu'uf masih mencabik tulang tengkorak tukang-tukang itu.

Aku ingin memusuhi basahnya pohon-pohon itu, tapi setapak terlanjur berkubang lumpur. Digenggam gelap dan baur dosa. Ketika rinduku pada manik-manik ibu-Mu di balik mantol biru, aku menjumpai-Mu dalam tangis dan sepi. Ada requiem di balik hitam jubah yang Kau kenakan.

Melalui manik-manik itu, aku sampai kepada-Mu. Kita menghapus kisah itu hari, saat dimana meninggalkan-Mu ialah luka. Ada sesal, tentang Kau yang memanggil-manggil sedang aku pura-pura kehilangan telinga.

Dan ketika debu dan ulat-ulat berambut melumat tubuh, cahaya di dada-Mu mencumbui wajahku. Membias, ada damai. Aku tetap tinggal di dalamnya sembari menjejaki setiap gelap hingga dosa-dosa purna.

Di hari ketujuh, aku kembali meneguk darah-Mu setelah bertahun-tahun menelan dahaga. Di hari yang sama, dalam Kapela kusaksikan Naija Tuaf dan Naija Bu'uf kehilangan jamuan purba.

_______

Insaka, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline