Lihat ke Halaman Asli

Herman Dermawan

Pengurus Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jabar

DOMINASI ISLAM DALAM KONTEKS SEKARANG

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lima belas abad lampau Islam tengah menikmati keberhasilannya dalam menyiarkan ajaran-ajaran Agama-Nya yang di wahyukan kepada junjunan kita yaitu; Habibana Wanabiyana Muhammad Saw, melalului malaikat Zibril agar teraflikasikannya esensi-esensi dalam Al-Qur’an.

Tapi bukan untuk sekarang hal itu bisa di rasakan. Sepertinya, seorang yang telah menyiarkanan dan mendakwahkan ajaran islam akan menangis dan mengeluh kesah ketika perkembangan Islam yang telah di perjuangkannya ternyata berhenti dan seakan tak berdaya dengan kontek yang terjadi sekarang. Umat Islam seolah-olah terlena dalam euforia-nya, menikmati keberhasilan Islam hingga terlupakan akan menyongsongkan idiologi dan ajarannya.

Untuk saat ini Islam perlu merehabilitasi akan keislamannya, dalam berdakwah dan menyebarkan Syiar Islam. Tak cukup dari situ saja, Islam dalam konteks jaman sekarang perlu mengembalikan nilai-nilai moderat Agama, karna hanya itu lah yang mampu untuk membimbing Islam dalam menghadapi Era global ini. Agar tercapainya Islam yang Rahmatan lil’alamien.

KH. DR DR Tarmizi Taher, MD, dalam bukunya “Berislam Secara Moderat” mengungkapkan. Islam sendiri sejak kelahirannya dideklarasikan sebagai ajaran yang hanif dan moderat, menjadi petunjuk dan penyejuk bagi kehidupan sosial umat manusia. Ini menyadarkan kepada kita, bahwa nilai-nilai moderat agamalah yang mampu dan bakal menuntun kita menggapai kebahagiaan dan keselamatan hidup.

Dalam konteks ini, Al-Quran secara jelas menegaskan dalam Surat Al-baqarah ayat 143. “Dan demikian pula kami telah menjadikan kamu (umat islam), umat yang pertengahan dan pilihan, agar kamu menjadi saksi atas perubuatan kamu”. Menurut ayat di atas, umat islam dijadikan sebagai umat yang washathon, pilihan, dan saksi atas apa yang telah di perbuatnya.bahasa modern umat washathon adalah umat moderat, pertengahan. Konsep moderatisme islam menuntut sikap seorang muslim yang hanif, tidak radikal dan fundamentalis dalam menyiarkaan ajaran islam.

Ungkapan KH. DR DR T tarmizi taher, MD, sangatlah cocok untuk konteks jaman sekarang khususnya islam, dalam menyebarluaskan ajarannya dan melawan arus globalisasi yang terus-menerus tanpa henti menghujah masyarakat, bangsa dan negara dengan segala secara, yang hal itu bisa berbuah keburukan dan kejelekan akan pandangan masyarakat terhadap islam, yang nyatanya tidak seperti itu. Sebab umatnya saja yang menjadikan dan membuat agama islam seperti itu. Karna islam hanya bentuk ajaran saja, dan umatnya lah yang menggerakan akan islam tersebut.

Perlu adanya penyadaran yang lebih inklusif terhadap umat islam, agar yang namanya pandangan buruk dan jelek terhadap islam itu terhapuskan dan menjadi hal positif. Dalam menyongsong Era global ini, tidak diperlukan perlawanan. Karna kalaulah perlawanan yang kita lakukan maka mereka akan merasa di perhatikan dan diladeni, yang akhirnya mereka akan lebih merajalelakan akan pemikiran dan idiologinya dalam menghasud umat islam.

Maka dari itu, kita sebagai umat islam yang di tuntut untuk menjadi umat washathon, perlu mengambil jalan pertengahan, dalam artian melawan tapi dengan strategi, metode dan pemikiran yang baik. Supaya dampak negatif terhadap pandangan masyarakat tidak tejadi.Adapun yang meski di perhatikan salah satunya yaitu:

Mengembalikan Institusi Islam

Selama kurang lebih 23 Tahun Rasulullah berhasil mengubah Institusi Jahiliyah dengan yang baru (Institusi Islam). Institusi Jahiliyah, yang didalamnya mencakup, kebiasaan, norma adat dan keyakinannya. Rasulullah berhasil merubah total semua itu dengan institusionalisasi (Dakwah). Dengan penerapan dakwah yang begitu banyak strategi dan pemikirannya yang sangat baik, Rasululluh berhasil melakukannya. Salah satunya dengan membedakan materi untuk orang yang akan di beri dakwah.

Rasulullah berdakwah kepada umatnya yang telah tebal keimanannya, dengan cara lebih khusus dan banyak memberikan hal-hal yang perlu dilakukan, dihindari, dan diaplikasikan setiap harinya kepada mereka. Dengan menakut-nakuti akan siksa neraka apabila mereka berbuat salah(dosa), dan mengabarkan yang bahagia bahwa setiap umat islam akan masuk surga, dimana kalian akan nikmat dan merasakan apa yang kalian mau, tanpa merasa puas.

Dan berdakwah kepada orang yang masih awam dengan cara pendekatan, menyisipkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan mereka. Dengan memperkenalkan ajaran islam yang dibawanya tanpa kekerasan. Hingga mereka masuk islam, menjadi pengikutnya dan sadar akan ajaran-ajaran islam yang Rasulullah dakwahkan.

Berdakwah seperti itu, mengambil intisari dari Surat Al-imran ayat 104, yaitu; “waltakuminkum umatun yad’una ilal khahiri, yamuruna bil marufi wa yanhauna anil munkar.” Dari ayat tersebut dapat di ambil kesimpulan bahwa dalam kita berdakwah ada dua cara yaitu: secara umum (yad’una ilal khairi), dalam berdakwah dan mengajarkan ajaran islam. Dan hal ini di tujukan untuk orang di luarislam. Secara khusus (ya mu’runa bilma’rufi), dengan lebih mendominasikan ajaran islam didalam tauhidnya dan lebih menghayati dalam berislamnya. Dan ini di tujukan untuk umat islam yang telah tebal keimanannya.

Untuk konteks sekarang, berdakwah seperti itu akan lebih efektif dan tidak akan berdampak negatif terhadap dakwah yang di syiarkan. Selaku umat islam yang mewarisi ajaran Al-Quran dan As-Sunah, sudah menjadikan kewajiban untuk berdakwah dan menciptakan kehidupan sosial yang berlandaskan Al-Quran dan As-Sunah, supaya terciptanya negara yang baik, tentram dan di berkahi Allah SWT (baldathun thoibatun wa rabbun ghafur).

Penulis : Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Gunung Djati Bandung.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline