[caption id="attachment_110548" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Sungguh, saya geleng-geleng kepala. Tidak pernah saya duga sebelumnya, harian sebesar Kompas ternyata bisa melakukan kekeliruan yang sangat mendasar, baik dalam menggunakan bahasa maupun dalam menyodorkan data.
Kalau Anda memilikinya, bukalah harian Kompas edisi Rabu, 18 Mei 2011, halaman 30. Bacalah berita berjudul Mancini dan Kejutan The Citizens Berikutnya.
Mari kita mulai mengulasnya dari paragraf pertama dan kedua. Di situ tertulis:
Pelatih Roberto Mancini saat ini sedang berbunga-bunga. Bonus 1 juta poundsterling sudah masuk ke kantongnya setelah berhasil mengantar Manchester City menapak ke zona Liga Champions.
Itulah bentuk intensif dari pemilik klub. Suporter The Citizens pun layak berterima kasih kepada Mancini karena tangan dinginnya juga telah memberi trofi Piala FA yang menghapus dahaga suporter selama 35 tahun.
Perhatikan baik-baik. Dari dua paragraf itu saja kita sudah memperoleh dua kejanggalan. Kejanggalan pertama terdapat pada kalimat “Pelatih Roberto Mancini saat ini sedang berbunga-bunga”. Ini adalah kalimat yang boros. Menggabungkan “saat ini” dengan “sedang” bertolak belakang dengan prinsip penggunaan bahasa jurnalistik yang ringkas dan hemat kata. Lebih pas, kalimat itu diubah menjadi: “Pelatih Roberto Mancini saat iniberbunga-bunga” atau “Pelatih Roberto Mancini sedang berbunga-bunga.”
Kejanggalan kedua terdapat pada kata “intensif”. Tepatkah penggunaan kata itu? Jelas tidak tepat. Yang tepat ialah kata “insentif”. Sekalipun kedengarannya mirip, nyata sekali perbedaan arti keduanya. Kata “intensif” berarti secara sungguh-sungguh dan terus-menerus dalam mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal. Sementara itu, kata “insentif” berarti tambahan penghasilan yang diberikan untuk meningkatkan gairah kerja atau bisa juga diartikan sebagai uang perangsang.
Berikutnya, mari kita tengok paragraf ketiga. Di situ tertulis:
Sukses The Citizens mengamankan tiket Liga champions untuk pertama kalinya tak lepas dari kemenangan 1-0 atas Tottenham Hotspur.
Apa yang janggal di sini? Ya, penggunaan frasa “pertama kali”. Frasa tersebut menyalahi pola yang baku dalam bahasa Indonesia. Anda ingat pola Diterangkan-Menerangkan atau D-M? Itulah pola baku yang kita miliki yang membedakannya dengan pola yang berlaku dalam bahasa Inggris.
Frasa “first time”, dalam bahasa Inggris, berpola M-D. Jika di-Indonesia-kan, frasa tersebut seharusnya menjadi “kali pertama”, bukan “pertama kali”, sesuai dengan pola yang kita anut, yakni D-M.
Kita lanjut yuk. Perhatikan dengan seksama paragraf keempat. Di situ tertulis:
Sudah menjadi rahasia umum kalau pemilik klub Sheikh Mansour menjadikan peringkat empat sebagai target minimum klub pada musim ini. Tidak main-main, untuk mencapai ambisi ini, manajemen klub telah menghabiskan lebih 350 miliar poundsterling untuk belanja pemain sejak klub itu dibeli pada Agustus 2009.
Ada dua kejanggalan nyata yang bisa kita temukan. Pertama ialah penggunaan kalimat “Sudah menjadi rahasia umum kalau ….”
Kalimat “Sudah menjadi rahasia umum” berarti hanya sedikit orang yang tahu. Padahal, maksud si penulis berita justru sebaliknya. Inilah kejanggalannya.
Supaya tidak janggal, kalimat itu perlu diubah menjadi: “Sudah bukan rahasia umum” atau “Sudah menjadi pengetahuan umum”.
Selanjutnya, mari kita pelototi angka 350 miliar poundsterling. Itu adalah jumlah yang fantastis! Tapi benarkah data itu?
Salah satu pemain termahal yang dibeli Manchester City adalah Carlos Tevez. Pemain asal Argentina ini berbandrol 25,5 juta poundsterling. Dengan uang 350 miliar poundsterling,Manchester City bisa membeli 14.000 pemain selevel Tevez!
Jelas, ada yang janggal di sini. Dari 2009 hingga sekarang, berapa ribu pemain yang dibeli Manchester City? Berapa saja harga mereka? Benarkah jumlah totalnya mencapai 350 miliar poundsterling?
Terakhir, mari kita cermati paragraf kesembilan. Di sana tertulis:
“Jika Anda tidak memenangkan gelar dalam rentang waktu lama, dan Anda tidak membeli pemain bagus, Anda tidak akan bisa menang dan itu sangat mustahil,” ujar Mancini.
Sudah tahu di mana letak kejanggalannya? Bagaimana kalau saya minta Anda menjelaskannya? Mau?!
Masa gue aje yang mikir, Coy….
Rawamangun, 19 Mei 2011
*Herman Hasyim adalah konsumen media, bukan guru Bahasa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H