Lihat ke Halaman Asli

Life Is Beautiful, Sayang...

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12911878681843312872

[caption id="attachment_77999" align="alignleft" width="275" caption="(Ilustrasi: btscene.com)"][/caption] Aku punya kisah yang belum pernah aku bagi padamu, Sayang. Ini kisah tentang manusia dalam wujudnya yang paling aku sukai. Ini tentang Guido, Dora dan Joshua.

Berbaring saja, Sayang. Kata dokter, kau belum boleh duduk. Aku akan menemanimu hingga kau benar-benar bisa tidur dengan pulas . Oya, sudah minum obat, kan? Bagus.

Hemmm…senyumlah, Sayang. Senyumlah, agar aku bisa lancar menceritakan kisah ini.

Terima kasih sayang. Senyummu masih yang termanis di jagad raya ini. Dan tatapan matamu. Sungguh, para bidadari pun akan iri melihat tatapan matamu yang begitu mempesona. Tentu saja aku membual, Sayang!

Syukurlah, kau sudah bisa tertawa. Nikmatilah tawamu, Sayang. Nikmatilah. Masih ingatkah kau yang kukatakan dulu? Satu-satunya cara agar tidak bersedih adalah dengan tertawa. Ya, kau harus lebih sering tertawa, Sayang.

Sambil bercerita, aku belai rambutmu ya…

Sayang, ada satu film yang paling aku kagumi di antara ratusan film yang pernah aku tonton. Film itu berjudul “Life Is Beautiful”. Ini film Italia, Sayang. Judul aslinya “La Veta E Bella”.

Film ini dibintangi Roberto Benigni. Dia memerankan sosok Guido Orefice. Beningni berakting bersama istrinya, Nicoletta Braschi, yang memerankan Dora.

Ini film yang sangat menakjubkan, Sayang. Benigni berhasil mengacak-acak perasaanku: cinta, rindu, haru, lucu, mencekam. Hanya dalam satu tarikan nafas, aku bisa cengengesan sekaligus sesenggukan. Sungguh, Sayang…

Hemmm, tarikan nafasmu semakin dalam. Kau sudah mulai terlelap, Sayang?

Baiklah, aku pegang jemarimu ya. Aku ingin memastikan kau tiba di alam mimpi dengan tenang, juga dengan senyuman.

Benar kata sebagian orang. Kita takkan merasa betul-betul menyukai sebuah film hingga kita merasa terlibat sebagai salah satu tokoh dalam film itu. Aku mendapatkan diriku pada sosok Guido, Sayang. Aku melihatnya sebagai diriku yang terlempar ke tanah Sisilia beberapa tahun sebelum Perang Dunia Kedua.

Maka, ketika Dora dengan malu-malu menyambut lirikan Guido, aku merasa Dora sedang berkata-kata melalui mata indahnya denganku. Ketika Guido dengan sepeda pancalnya memboncengkan Dora, aku merasa akulah yang mengayuh pedal sepeda itu.

Guido itu sosok yang jenakanya tidak kepalang tanggung, Sayang. Tapi dia juga lelaki yang berani: berani mencintai, berani ambil resiko, dan berani menjadi gila walau dicemooh.

Bagi Guido, dunia bukan seonggok tahi kucing, dan dia takkan pernah sudi disamakan dengan bakteri yang tumbuh di dalamnya. Dunia itu menawan. Hidup itu indah. Dan keindahan itu bukan hanya boleh dikhayalkan, tapi juga diwujudkan, oleh siapa saja, termasuk Guido yang hanya seorang pelayan hotel.

Guido pun berani merebut hati Dora dari seorang lelaki bangsawan yang sesungguhnya telah digadang-gadang orang tua Dora untuk jadi menantunya. Dalam sebuah adegan yang konyol, di sebuah perjamuan makan, Guido mengajak lari Dora. Menunggangi kuda, Guido mendadak berlagak seperti ksatria dan Dora adalah putri mahkota yang perlu diselamatkan nyawanya dari terjangan pasukan lawan.

Sayang, kau sudah tidur ya? Oh, dahimu berkeringat. Syukurlah. Ini pertanda kondisi kesehatanmu mulai membaik. Sebentar, aku ambilkan tisu ya….

(Bersambung nggak ya?)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline