Tulisan ini sudah saya siapkan beberapa hari yang lalu, sebagai bentuk apresiasi diri berhasil menjalani program diet.
Tidak terasa, hari ini 20 Juni saya memasuki tahun kedua menjalankan diet dengan mengkonsumsi makanan alami. Bagi saya ini merupakan sebuah capaian yang baik karena bisa bertahan sampai hari ini, dan rasanya kedepan saya akan terus mengaplikasikan kebiasaan mengkonsumsi makanan alami tersebut. Saya sebelumnya merupakan orang dengan berat badan yang berlebih, saya tidak tahu pasti mentok berat badan terakhir saya waktu itu, karena saya tidak suka mengukur berat badan, namun pernah ada di angka 64 kg dengan tinggi badan 155 cm. Saya merasa perubahan berat badan bertambah dengan drastisnya, ketika memasuki dunia kerja tahun 2015, waktu itu berat badan saya ada di angka 53 kg. Perubahan yang begitu drastis hingga saya sendiri bingung dan bertanya-tanya, seringkali saya membandingkan diri saya sebelumnya dengan kebiasaan pola makan saya waktu itu. "waktu kulia, porsi makan saya banyak, saya makan sampai saya kenyang dan tidak mengenal waktu, tapi anehnya berat badan saya stabil, sekarang saya merasa porsi makan saya sama seperti sebelumnya tapi kenapa berat badan saya terus bertambah?" Saya membela diri dengan pernyataan tersebut. Bahkan beberapa orang ketika melihat foto saya sebelumya terheran-heran dengan perubahan berat badan saya yang jauh.
Saya coba menggambarkan sedikit bagaimana pola hidup saya sebelumnya. Setiap hari, saya menjadwalkan bangun pagi hanya untuk bersiap diri ke tempat kerja, dengan sedikit waktu yang tersedia, saya harus menyiapkan diri dengan cepat agar tidak terlambat, saya bergegas ke kantor sambil memikirkan sarapan apa yang harus saya beli di sepanjang jalan ke tempat kerja, dengan menu yang bervariasi maka tidak membuat saya bosan untuk mencoba menu yang baru setiap hari, terkadang saya rela mencari sarapan di tempat yang agak jauh yang direkomendasikan oleh teman kerja, ya sudah pasti karena rasa dan porsi yang bisa puas dan mengenyangkan, saat makan siang biasanya saya dan teman-teman mencari rumah makan yang ada di sekitar, bahkan jauh sekalipun untuk bisa merasakan cita rasa yang berbeda dan memuaskan. Saat pulang di sore hari, tidak lupa saya membeli junk food dan minuman kekinian untuk menikmati makan malam. Kebiasaan ini saya lakukan hampir setiap hari, walau terkadang saya menyempatkan untuk merepotkan diri dengan menyiapkan makanan sendiri, sambil sesekali saya membawa bekal ke tempat kerja. Hal tersebut saya lakukan sebagai bentuk apresiasi diri dengan alasan tidak punya waktu untuk memasak karena sibuk bekerja. Saya menikmati pola hidup tersebut, bagi saya hal tersebut merupakan cara saya mengapresiasi diri, dan memanjakan diri.
Saya akhirnya sadar bahwa berat badan saya turus bertambah, beberapa pakaian kesayangan sudah tidak bisa dikenakan lagi. Dalam kegundahan hati, saya memutuskan untuk menurunkan berat badan dengan diet, saya mulai mengurangi porsi makan, rela menahan laparan, sering sekali saya melewati sarapan pagi karena saya merasa bahwa itu adalah bagian dari diet, proses diet yang saya jalankan hanya bisa bertahan dua sampai tiga hari, karena saya tidak bisa menahan diri karena lapar dan sakit kepala, hari-hariku menjadi kurang efektif, beberapa pekerjaan tertunda karena efek tersebut. Saya akhirnya menyadari bahwa "diet ini hanya menyiksa saya" dengan pola pikir saya seperti ini, membawa saya ke pola makan yang sebelumnya. Hal ini terjadi berulang-ulang ketika saya mencoba untuk diet, hingga pada akhirnya saya melihat bahwa diet adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan menyakitkan, serta menyiksa terlebih pada porsi makan, karena memang pada dasarnya saya suka makan.
Saya terinspirasi oleh diri saya sendiri, ketika melakukan sebuah komitmen yang cukup menantang, pada tahun 2019 saya memutuskan untuk melakukan digital detox dengan tujuan menenangkan diri, karena pengaruh covid-19 terhadap kesehatan mental saya, dengan beredarnya berita covid-19 yang menakutkan di berbagai platform, saya mulai membuat deadline untuk digital detox, dalam keputusan tersebut saya menyelipkan doa dalam tulisan untuk tetap konsisten, dan selalu meminta pertolongan Tuhan dalam do'a agar bisa berhasil. Hal ini cukup berhasil dan saya terus memperpanjang komitmen digital detox hingga kurang lebih 2 tahun.
Ketika melihat cara ini berhasil, saya mencoba dan memutuskan diri untuk menerapkannya di pola makan, saya mempelajari makanan yang baik untuk tubuh, dan saya menemukan jawaban bahwa makanan alami sesungguhnya baik untuk tubuh. Dengan cara yang sama, saya berkomitmen dengan Tuhan melalui doa dan meditasi, saya berhasil mengubah pola makan sampai hari ini dengan senang hati dan tentunya bahagia. Perubahan berat badan pun bagi saya begitu cepat, efek dari pola makan ini, saya merasa badan terasa lebih enteng, dan suatu hal yang membuat saya semangat adalah saat bangun pagi rasanya pakaian yang saya kenakan terasa lebih longgar. Hal tersebut membuat saya merasa lebih semangat, dan yakin untuk melanjutkan mengkonsumsi makanan alami setiap hari dengan senang hati. Dengan pengalaman ini, saya percaya bahwa ketika kita berhasil mengubah pola pikir dengan bantuan doa dan meditasi, maka dengan sendirinya makanan yang akan dikonsumsi pun ikut berubah, saya dengan sendirinya bisa berdamai dengan makanan tersebut. Makanan alami yang saya konsumsi tidak menggunakan takaran, jadi saya bisa makan kapan saja, dan sampai kenyang. Saya sama sekali tidak terpengaruh dengan orang-orang disekitar yang mengkonsumsi makanan kesukaan saya sebelumnya, dimana kelihatan enak, warnahnya cantik, teksturnya lembut dan lain-lain.
Perubahan berat badan saya turun drastis dalam waktu yang singkat kurang lebih 3 bulan dengan berat badan yang bagi saya ideal yaitu 50 kg. Pola hidup pun berubah, saya menjadi pribadai yang rajin bangun lebih pagi, karena harus menyiapkan makanan sendiri untuk sarapan dan bekal ke tempat tugas. Makanan alami yang saya konsumsi adalah: ubi-ubian, kacang-kacangan, biji-bijian, semua jenis buah, semua jenis sayur, semua jenis daging, telur dan lain-lain, dengan kata lain makanan yang tumbuh di bumi, dan disinari langsung oleh matahari. Meskipun beras adalah makanan alami, namun saya tidak mengkonsumsi semua jenis nasi. Dalam mengolah masakan saya biasanya menggunakan bumbu dapur berbahan alami seperti: bawang merah, bawang putih, merica, ketumbar, jeruk, tomat seledri, tanpa minyak berlebih dan minyak yang saya gunakan adalah minyak kelapa buatan sendiri.
Makanan yang saya hindari adalah semua jenis makanan dan minuman kemasan yang dijual di toko, dimana disimpan berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan mungkin tahun, seperti: tepung-tepungan, garam, gula, susu, mie instan dan lain-lain. Atau lebih gampangnya semua jenis makanan yang ada tulisan ekspirednya.
Dalam mengkonsumsi makanan, saya dengan senang hati menikmati makanan yang ada di depan saya, yang bagi saya sebelumnya adalah makanan yang tidak lezat untuk dinikmati, sayur rebus tanpa gula, penyedap rasa, garam, dan tanpa minyak, namun begitulah kekuatan pola pikir, saya jadinya berdamai dengan makanan itu sendiri, melihat sayur tersebut saya jadinya senang. Karena dalam pemikiran saya yang sudah terbentuk bahwa makan bukan hanya membuat saya bisa kenyang atau puas karena rasa, tapi dengan makan saya bisa memperbaiki sel-sel tubuh agar sehat.
Dalam hidup kita selalu punya waktu untuk bekerja, karena dikejar deadline kita bersedia untuk lembur, kita selalu punya waktu mengurus rumah agar nyaman, kendaraan pribadi kesayangan kita menjadi perhatian khusus, kita tidak pernah melewatkan waktu service, merawatnya setiap waktu. Namun, kita selalu punya beribu-ribu alasan untuk merawat tubuh kita dengan memberikan makanan yang terbaik, kita malah memberikan makanan yang membuatnya lelah dan sakit karena kerja berat organ tubuh setiap saat menerima dan mengolah makanan yang tidak sehat. Kita sering mengapresiasi diri dengan cara yang salah dengan mengkonsumsi makanan dan minuman kekinian. Mari kita lihat lebih dalam lagi fungsi dari makanan tersebut untuk tubuh, yang membuatnya enak hanya lidah saja, dengan ukuran yang hanya beberapa cm, namun setelah itu ketika makanan sudah masuk ke pintu tenggorokan makanan tersebut bisa jadi menyerang kita, bisakah kita bertahan sedikit untuk mengajak berdamai dengan lidah agar bisa mendorong makanan ke dalam perut? Toh, lama kelamaan lidah akan terbiasa dengan makanan tersebut.