Lihat ke Halaman Asli

Herliana Regina

Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Anak-anak Bisa Terkena Asma? Yuk Kenali Gejalanya

Diperbarui: 4 Januari 2023   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Asma adalah penyakit yang memiliki peradangan kronis gangguan yang akan menghasilkan hiperesponsif, keterbatasan pada aliran udara dan akan menimbulkan gejala pernapasan persisten. Keterbatasan aliran udara dihasilkan oleh bronkokonstrikdi akut, pembentukan sumbatan mukosa, dan remodeling saluran napas. Penyakit asma ini adalah proses inflamasi dan hiperaktivitas pada saluran napas yang nantinya akan mempermudah terjadinya obstruksi di jalannya napas. Peningkatan reaktivitas pada saluran napas terjalin karena adanya inflamasi kronik yang khas dan melibatkan dinding saluran nafas yang sehingga aliran udara akan menjadi sangat terbatas, tetapi bisa kembali secara langsung atau bisa setelah melakukan pengobatan. Hiperaktivitas tersebut bisa terjalin sebagai respon kepada berbagai macam rangsangan. Asma terbagi menjadi 9 jenis, yaitu alergi, idiopatik, campuran, nocturnal, asma pada anak, asma pada orang dewasa, asma batuk, asma akibat pekerjaan, asma musiman.

50 hingga 80 persen anak-anak yang usianya kurang dari 5 tahun sudah mengalami gejala asma. Ada berbagai gejala asma yang akan dirasakan oleh anak tersebut dan bisa menyerupai penyakit pada masa kanak-kanak lainnya seperti infeksi saluran pernapasan atas. Dokter anak yang menangani harus menyadari bahwa adanya gejala asma pada sang anak ketika orang tua melaporkan terjadinya batuk yang terus menerus, wheezing, sesak nafas di malam hari atau di dini hari, atau yang berhubungan dengan adanya pemicu (seperti olahraga, paparan alergi). Timbulnya gejala asma tersebut atau timbulnya penyakit asma bisa dimulai dari siapa dan lingkungan apa saja. Asma bisa dikarenakan adanya riwayat dari keluarga, mempunyai suatu alergi, paparan terhadap asap tembakau, infeksi saluran pernapasan virus, dan lingkungan yang kurang baik untuk ditinggalkan. Untuk mengidentifikasi pola gejala asma, tingkat keparahannya dan faktor pencetus akan mendukung diagnosis asma seperti menanyakan "seberapa sering? dan kapan terjadinya", "berapa lama terjadinya?", "apakah gejala terjadinya atau apakah memburuk selama di malam hari?", "apakah gejala nya mengganggu saat tidur atau di setiap kegiatan pada setiap hari?" kepada pasien tersebut. Maka dokter bisa mendiagnosa lebih lanjut dari hal tersebut dan melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Tes laboratorium yang dilakukan yaitu spirometri, tes ini hanya bisa dilakukan pada anak yang berumur 5 tahun keatas. Pada tes spirometri ini pasien akan diminta untuk menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya secepat mungkin ke sebuah alat respirometer tersebut untuk bisa mengukur kinerja dari paru-paru.

Jika anak merasakan dari gejala asma, keluarga bisa memberikan pertolongan pertama, seperti:

  • Posisikan anak duduk dengan tegak, nyaman dan tetap tenang.
  • Memberikan empat kali hisapan pada inhaler alat pelega pernapasan dengan alat hisap (puffer).
  • Lalu tunggu selama empat menit. Jika sang anak masih belum bisa bernapas dengan normal, maka berikan lagi empat kali hisapan.
  • Jika anak belum dapat bernapas dengan normal maka segera dibawa ke rumah sakit agar bisa secepatnya ditangani oleh dokter.

Asma bisa melakukan pengobatan untuk tidak terjadinya kenaikan keparahan. Pengobatan yang bisa dilakukan yaitu bisa melakukan terapi obat, memberikan inhaler jika gejala yang timbul tidak terlalu parah, tetapi jika tidak kunjung sembuh maka segera ke rumah sakit. Dengan adanya pengobatan tidak menutup kemungkinan untuk tetap mencegah terjadinya asma pada anak. Cara mencegahnya adalah membersihkan rumah dari kotoran dan debu rumah karena debu sangat memicu timbulnya asma, dan bisa memulai, mengajak anak dengan hidup sehat, contohnya berolahraga dan memakan makanan yang bergizi dan sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline