Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan pada masa kepemimpinan Nadiem Makarim merupakan bagian dari inisiatif Merdeka Belajar episode kelima belas, yang mencakup Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kurikulum ini membawa sejumlah keunggulan yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Salah satu keunggulan utama Kurikulum Merdeka adalah kesederhanaan dan kedalamannya. Kurikulum ini fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik sesuai dengan fasenya. Dengan demikian, kurikulum ini tidak hanya memuat banyak materi, tetapi juga memastikan bahwa materi yang diajarkan benar-benar relevan dan mendalam.(sumber)
Selain itu, Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan lebih besar kepada tenaga pendidik dan peserta didik. Bagi peserta didik, tidak ada lagi program peminatan di SMA.
Mereka dapat memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasi mereka. Hal ini memungkinkan siswa untuk lebih terlibat dan termotivasi dalam proses belajar. Bagi guru, mereka dapat mengajar sesuai dengan tahapan capaian dan perkembangan peserta didik, yang memungkinkan pendekatan yang lebih personal dan efektif.
Sekolah juga diberikan wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum serta pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik. Ini berarti sekolah dapat menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan dan kondisi lokal, yang dapat meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran.
Keunggulan lain dari Kurikulum Merdeka adalah pendekatan pembelajaran yang lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, seperti isu lingkungan dan kesehatan.
Pendekatan ini tidak hanya mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila, tetapi juga membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan bermakna.
Dalam Kurikulum Merdeka, siswa diajak untuk aktif belajar dan mengembangkan kompetensi, bukan hanya sekadar menghafal teori. Prinsip dasarnya adalah memberikan ruang bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan ritme mereka sendiri. Dengan demikian, diharapkan lulusan Kurikulum Merdeka akan lebih siap menghadapi tantangan masa depan.
Namun, implementasi Kurikulum Merdeka juga menghadapi sejumlah tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah kesiapan infrastruktur pendidikan di Indonesia yang belum merata. Banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih mengalami keterbatasan dalam hal teknologi dan akses internet.
Padahal, salah satu komponen penting dari Kurikulum Merdeka adalah penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Tanpa akses yang memadai, siswa di daerah-daerah tersebut mungkin akan kesulitan mengikuti model pembelajaran baru ini.
Selain itu, kesiapan guru dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka juga menjadi isu yang perlu diperhatikan. Meskipun kebebasan diberikan kepada guru, tidak semua tenaga pengajar memiliki kompetensi yang cukup untuk merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka. Guru perlu dilatih agar mampu mengembangkan strategi pengajaran yang fleksibel namun tetap berkualitas.