Lihat ke Halaman Asli

Di Bawah Tenda Bocor, Kisah Regu Basah-Basahan namun Berjaya

Diperbarui: 21 Agustus 2023   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Canva.com

Pada tanggal 27 -- 28 September 2022, aku bersama regu dan teman-teman sekolahku sangat bersemangat untuk kegiatan kemah di Gunung Bunder. Sebelum berangkat, aku sibuk membeli perlengkapan kemah dan juga beberapa barang yang ditemani oleh bunda. Ayahku sedang fokus merawat adikku yang sedang dirawat di rumah sakit, membuat perkemahan ini menjadi sedikit lebih menantang.

Aku tiba di sekolah agak terlambat karena ayah dan bunda sibuk antara persiapan kemahanku dan perawatan adik yang sedang sakit. Ketika aku tiba, reguku sudah berkumpul di halaman sekolah. Sambil menunggu keberangkatan, kami melakukan pengecekan kelengkapan regu masing-masing. Aku diberi tugas untuk membawa kompor. Kami merasa semakin bersemangat karena petualangan ini akan segera dimulai.

Tidak lama kemudian, giliran kami untuk berangkat tiba. Kami segera naik ke dalam mobil tronton yang telah disediakan untuk membawa kami ke lokasi perkemahan. Namun, perjalanan ini tidak berjalan mulus seperti yang kami harapkan. Ada anggota regu lain yang belum bergabung dengan kami karena masih menunggu kelengkapan yang mereka bawa. Kami pun memutuskan untuk menunggu terlebih dahulu hingga mereka datang, namun ternyata ada kejadian menarik yang terjadi di perjalanan.

Mobil tronton yang kami tumpangi secara tidak sengaja terpisah dari iring-iringan mobil tronton lainnya. Pengendara mobil tronton kami keliru dalam mengambil jalan, membuat mobil tronton lain harus menunggu sejenak untuk kami bergabung kembali. Meskipun sedikit menyulitkan, kejadian ini membuat perjalanan kami menjadi lebih berkesan dan penuh petualangan.

Akhirnya, setelah terpisah dari iring-iringan mobil tronton diawal perjalanan, kami tiba di tempat perkemahan pada jam 11:00 pagi. Udara segar dan sejuk langsung menyambut kami, dengan pohon pinus yang menjulang tinggi menambah suasana yang indah. Kami turun dari tronton seperti pasukan tentara yang siap untuk memasuki medan perang, walaupun sebenarnya kami hanya mencari tempat yang teduh untuk menggelar matras kami. Perjalanan jauh menggunakan tronton yang tidak biasa membuat tubuh kami merasa lelah, sehingga kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dan merilekskan badan.

Ketika kami sedang menikmati istirahat, suara azan tiba-tiba mengumandang melalui pengeras suara yang dipasang oleh kakak pembina kami. Kami terbangun dari tidur singkat kami dan bergegas berwudhu untuk menunaikan sholat. Waktu sholat menjadi momen yang istimewa di tengah perjalanan ini, sambil menunggu persiapan untuk upacara pembukaan kemah.

Selama perkemahan, banyak tantangan yang kami hadapi, semangat dan kebersamaan kami sebagai regu tetap membara. Setiap kejadian yang terjadi, baik yang lucu maupun menantang, menjadi bagian tak terlupakan dari pengalaman berkemah kami di Gunung Bunder.

Setelah mengikuti upacara pembukaan diiringi api unggun yang memberikan kehangatan menjelang malam dan suasana semakin gelap. Kami bersemangat untuk menghabiskan malam pertama di tenda, meskipun langit mulai mendung dan mendengarkan suara gemuruh petir dari kejauhan. Kami merasa cukup percaya diri dengan perlengkapan kami, terutama setelah bersemangat mengikuti upacara pembukaan tadi.

Namun, ketika kami sudah berada di dalam tenda dan hujan deras mulai turun dengan derasnya, semuanya berubah. Bunyi rintik hujan di atap tenda sebenarnya terdengar menenangkan, tapi seiring berjalannya waktu, kami menyadari bahwa suara rintik ini semakin keras dan air mulai merembes masuk melalui celah-celah yang tidak terduga. Suasana di dalam tenda mulai menjadi lembap dan tidak nyaman.

Kami segera menyadari bahwa tenda kami bocor, dan air hujan mulai membasahi matras dan perlengkapan kami. Semua orang berusaha untuk mencari solusi secepat mungkin. Kami mengumpulkan barang-barang kami ke bagian tengah tenda yang masih kering, sementara beberapa dari kami mencoba menutupi celah-celah dengan pakaian atau tas agar air tidak terus masuk.

Saat itulah, hujan deras semakin menjadi-jadi, dan angin kencang juga turut menerjang tenda. Suasana di dalam tenda menjadi cemas dan kacau. Tidak hanya kami harus menghadapi kebocoran tenda, tetapi juga suara petir dan kilatan cahaya yang cukup dekat membuat suasana semakin tegang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline