Lihat ke Halaman Asli

Tarigan Sibero

Pensiunan yang masih gemar menulis

Jangan Takut dengan Post Power Syndrome

Diperbarui: 4 Maret 2022   17:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilutrasi Menikmati Pensiun (pixabay.com)

Menjalani masa-masa pensiun ditanggapi dengan berbagai cara, ada yang merasa bahagia karena merasa terbebas dari pekerjaan  rutin yang selama ini dilakukan serta yang harus dipertanggung jawabkan, akan tetapi banyak juga mereka yang merasa kebingungan apa yang harus dikerjakan, terutama bagi mereka yang menyukai dan bangga dengan pekerjaannya tersebut.  


Kelompok kedua ini, biasanya dialami oleh mereka yang memiliki jabatan lumayan tinggi, sehingga bangga akan jabatannya, merasa senang dihormati, senang mengatur orang lain dan selalu menuntut agar keinginan dan perintah-perintahnya dituruti.  Pada suatu saat jabatan tersebut lepas dari tangannya, dia akan merasa kebingungan apa yang harus dia lakukan, timbul rasa putus asa, disertai rasa khawatir yang berlebihan.

Apabila dia tidak bisa berpikir realistis, belum bisa menerima kenyataan bahwa dia bukan pejabat lagi, dan tidak berhasil menyesuaikan diri dengan situasi kehidupan baru, maka orang tersebut akan masuk dalam kondisi "Post Power Syndrome".


Pengertian dari "Post Power Syndrome" seperti di dalam artikel yang ditulis oleh psikolog Citra Harwaning Puri, S,Psi adalah suatu kondisi kejiwaan yang umumnya dialami oleh mereka yang kehilangan kekuasaan atau jabatan yang diikuti dengan penurunan harga diri.

Sosok yang tadinya aktif banyak kegiatan, mendadak hilang semua sehingga timbul ketidak nyamanan. Jadi mereka yang mengalami "post power syndrome" adalah mereka yang tidak bisa menerima perubahan yang terjadi secara mendadak, terutama perubahan yang berkaitan dengan hilangnya kekuasaan dan berbagai kenyamanan lainnya.  


Dengan demikian, maka dapat juga dikatakan bahwa "post power syndrome" adalah semacam sindrom pasca kekuasaan dimana kondisi seseorang yang hidup dalam bayang-bayang kekuasaan masa lalu yang pernah dimilikinya, dan belum siap menerima hilangnya kekuasaan itu.


Seorang pejabat, selama menjabat banyak memperoleh kenyamanan, kemana-mana menggunakan mobil dinas lengkap dengan pengemudi, turun dari mobil tas kerja akan dbawakan oleh pengemudi atau sekretarisnya, bepergian kunjungan kerja ke daerah-daerah ataupun ke luar negeri, semua dokumen perjalanan termasuk proses "check in" sudah diatur oleh protokol dan banyak kemudahan lainnya.

Kehilangan semua kenyamanan tersebut akan menimbulkan rasa galau dan keresahan sehingga lebih memudahkan munculnya "post power syndrome" pada diri seorang mantan pejabat.


Seorang mantan pejabat Negara yang baru 3 (tiga) bulan menjalani pensiun mau bepergian ke Luar negeri akan menjenguk seorang putranya yang sedang mengikuti studi paska sarjana disana. Isterinya sudah berangkat terlebih dahulu seminggu sebelumnya. Segala sesuatu atas keberangkatan sang istri masih diurus oleh bekas protokol tempatnya bekerja, akan tetapi waktu keberangkatannya sendiri, dia sudah tidak mau melibatkan pihak protokol lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline