Lihat ke Halaman Asli

Tarigan Sibero

Pensiunan yang masih gemar menulis

BUMN Aviasi dan Pariwisata

Diperbarui: 27 Februari 2022   08:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat A-380 Mendarar di destinasi wisata (bilaleldaou/pixabay.com)

Kondisi obyektif kepariwisataan Indonesia saat ini dapat dikatakan belumlah dikelola secara baik sesuai dengan yang diharapkan.  

Banyak faktor penghambat, baik pada tingkat perencanaan kebijakan (segmen hulu) maupun pada tingkat profesional para pelaku bisnis di segmen hilir.  


Target 20 juta wisatawan mancanegara tahun 2019 pada kenyataannya tidak tercapai apalagi dengan hadirnya penyakit pandemik Covid-19 di penghujung tahun 2019.  Alasan kekurangan dana yang menyebabkan lambannya kemajuan pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata di daerah barangkali sudah tidak relevan mengingat beberapa pernyataan pemerintah pusat tentang rendahnya daya serap anggaran di daerah termasuk daerah yang ada tujuan wisatanya.


Oleh sebab itu semua elemen masyarakat yang terkait dengan pariwisata hendaknya berupaya mencari jalan keluar agar terbebas dari himpitan terutama kesulitan ekonomi nasional sebagai akibat dari gangguan penyakit pandemi  Covid 19 dengan menyegarkan kembali segala kegiatan dan aktivitas wisata yang layu akibat serangan virus corona.    


Penggabungan BUMN dalam sektor Aviasi dan Pariwisata merupakan upaya strategis bagi perkembangan pengelolaan potensi wisata Indonesia dalam rangka menggiatkan industri kepariwisataan pada khususnya dan pengembangan pertumbuhan perekonomian nasional pada umumnya. BUMN sebagai Lembaga Usaha diharapkan mampu menjalankan fungsinya sebagai Pembina, pembimbing, dan pengarah dengan membekali seluruh elemen-elemen terkait dengan pengetahuan dan pelatihan, baik di tingkat sektor hulu dan utamanya di tingkat daerah segmen hilir sebagai ujung tombak kegiatan usaha di setiap tujuan wisata. 

Oleh sebab itu penggabungan
BUMN pariwisata hendaknya jangan di sektor aviasi saja, melainkan juga pada sektor-sektor lain seperti sektor transportasi Laut, PT. KAI Perkereta Apian Indonesia, serta sarana angkutan lainnya perlu disinergikan guna mencapai hasil yang optimal dalam memajukan industri kepariwisataan nasional secara menyeluruh.


Seperti pada umumnya, bagi wisatawan mancanegara, angkutan udara merupakan sarana transportasi vital dari Negara asalnya.  Baru kemudian untuk mencapai tujuan wisatanya dapat menggunakan sarana transportasi lain seperti kapal laut, kereta api, dan bus, apalagi bagi wisatawan domestik untuk tujuan wisata jarak dekat kebanyakan tidak menggunakan sarana transportasi udara.

Secara umum dapat dikatakan bahwa transportasi Udara, kapal laut dan kereta api jarak jauh sebagai trunk lines, sementara untuk feeder lines pada umumnya menggunakan bus ataupun kendaraan-kendaraan kecil lainnya.  


Sebagai bisnis penjual jasa semua moda transportasi tersebut seyogyanya segala rencana kegiatan dan penjadwalannya disinkronkan dengan aktivitas pelaku bisnis lain seperti biro-biro perjalanan, perhotelan, dan agenda kepariwisataan tahunan pemerintah daerah. Semua sarana transportasi, baik sebagai trunk lines maupun feeder lines hendaknya dapat menampilkan informasi tarif angkutannya masing-masing yang cukup menarik serta mutu pelayanan yang prima.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline