Lihat ke Halaman Asli

Kebijakan "Zero Covid" yang Berdampak pada Terhambatnya Perekonomian Cina

Diperbarui: 9 Oktober 2022   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kevin Frayer/Getty Images 

Sebagai negara tempat pertama kali muncul Virus Covid-19, Cina bersih keras untuk menumpas virus ini untuk hilang negaranya. Namun, kebijakan “Zero Covid-19” dianggap terlalu ekstrim dan dapat mengancam perekenomian dari negara itu sendiri. Cina merupakan salah negara yang disaat negara lain sudah melonggarkan kebijakan Covidnya, negara ini masih menerapkan kebijakan penangan Covid yang cukup ketat, melalui Zero Covid. Dalam kebijakan ini, pemerintah cina memberlakukan lockdown, mematikan aktivitas perekonomian, dan imbauan terhadap masyarakat Cina untuk tetap di rumah saja. Beberapa sektor yang menjadi korbannya diantaranya:

  • Sektor industri

Pada April 2022, aktivitas perekonomian Cina tergganggu akibat pemberlakuan kebijakan lockdown di beberapa daerah industri yang menyebabkan ditutupnya pabrik dan menahan konsumsi. Seperti contohnya pada kota Shenzen, terdapat tiga distrik yang dikunci, termasuk pasar elektronik terbesar di dunia yang berada di sana. Setidaknya perusahaan produksi mobil, elektronik, terutama pada produk milik perusahaan Apple, menjadi korbannya.

Langkah pemerintah memberlakukan lockdown di beberapa daerah industri ini berimbas pada harga bahan baku menjadi tinggi dan mengacaukan rantai pasokan barang. Laba bersih sektor industri negara ini kemudian susut hingga 8,5%. Menunjukkan penurunan tercepat dibanding ketika masa awal pandemi dua tahun lalu.

  • Pasar properti dan sektor manufaktur

Selain itu, sektor lain yang terkena dampak kebijakan Zero Covid dapat dilihat melalui melemahnya pasar properti dan sektor manufaktur Cina. Padahal kedua sektor tersebut jika digambungkan merupakan penyumbang dari setengah produk domestik bruto di Cina. Berdasarkan sumber dari China Index Academy, sebanyak 70 kota melaporkan pada bulan Agustus 2022, terdapat penurunan harga rumah terbesar sejak pandemi Covid-19. Para nasabah juga menolak untuk membayar KPR karena adanya kontruksi rumah yang terhenti.

Pemboikotan ini berdampak pada rusaknya citra properti cina yang tentu menjadi ancaman serius pada sektor keuangan Cina. Berbeda dengan negara lain yang pernah merasakan masalah yang sama, sumber dari merosotnya properti di Cina ini bukan karena kondisi pasar melainkan memang kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dalam hal ini Zero Covid.

Pada akhirnya, kebijakan yang sebelumnya diberlukan Dengan tujuan untuk menumpas pandemi Covid-19 malah berimbas pada merosotnya perekonomian negara Cina. Karena banyaknya dampak negatif yang dihasilkan, Cina belum menunjukkan titik terangnya untuk melonggarkan kebijakan ini. Pada awalnya memang negara ini  memiliki keinginan untuk sedikit demi sedikit memulai meringankan kebijakan dari Zero Covid, menimbang karena dampak ekonomi yang dihasilkan sangat besar dan menganggap varian baru, Omnicron yang tidak separah varian sebelumnya. Namun, Cina mengurungkan rencana tersebut karena adanya outbreak baru di pertengahan musim semi. Karena masalah tersebut, Cina mengalami kesulitan untuk memperbaiki perekonomiannya di tengah pandemi Covid-19 yang masih belum usai di negaranya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline