Selain kehadiran guru dan dosen, ada sosok yang tak kalah populer di kalangan siswa dan mahasiswa di tempat saya menimba ilmu yaitu ibu penjaga kantin. Beruntunglah selama ini saya mendapat ibu penjaga kantin yang baik. Misalnya saja waktu masih kuliah di Universitas Hasanuddin, saya dan teman-teman menyapa mereka dengan Mace Terminal.
Jangan salah kaprah ya, terminal yang dimaksud bukanlah tempat angkutan umum memarkirkan kendaraannya, tapi julukan ini diberikan karena mereka menjajakan barang dagangannya di tempat kumpul anak teknik yang disebut terminal. Mace-Mace terminal ini sudah dianggap sebagai sosok orang tua bagi kebanyakan mahasiswa teknik. Pasalnya mereka menyajikan makanan yang tak kalah enak dengan masakan ibu di rumah, bisa mengutang, bisa menjadi tempat sandaran mahasiswa untuk curhat dikala ada masalah. Mereka juga tak marah dikala anak-anak teknik ribut-ribut diskusi di tempat dagangan mereka.
Di Papua, tempat saya bekerja sekarang tepatnya di Dinas Perhubungan, ada sosok yang sifat dan kepribadiannya tak beda jauh dengan kepribadian mace-mace terminal. Adalah Ibu Adel adalah salah satu primadona di Dinas Perhubungan Mimika. Ini karena makanan yang disediakannya bikin nyaman di perut. Sebagai satu-satunya kantin di dalam lokasi Dinas Perhubungan, Beliau memanjakan pelanggannya dengan sajian yang maknyos. Sebut saja ada ikan suwir yaitu ikan yang dipotong-potong kecil, ada ikan mumar, ikan cakalang, ikan kakap, yang disajikan dengan cara dimasak dan digoreng berselimutkan tepung sajiku dan sambal. Ada juga ayam rica, tempe dan tahu goreng.
Tak hanya itu saja, yang membuat saya betah makan di Bu Adel adalah karena menu sayur tidak monoton tiap harinya, kadang sayur singkong campur dengan bunga pepaya, sayur kangkung, sayur sawi dan beberapa olahan sayur lainnya. Mengenai soal minuman, para pelanggan bisa memesan es teh, teh hangat, kopi hitam atau kopi serbuk, extra joss susu, dan minuman serbuk buah semisal Jasjus.
Racikan makanannya serasa masakan ibu di rumah. Beliau lebih mengandalkan bumbu-bumbu asli ketimbang bumbu-bumbu sachet. Hal inilahan yang menjadikan makanannya lebih nyaman di lidah. Yang paling spesial juga karena sambelnya yang bisa membuat kita banjir keringat.
Untuk masalah harga makanan bervariasi, mulai dari Rp. 15.000 untuk nasi tahu sayur hingga Rp. 20.000 sampai Rp. 25.000 untuk nasi+ikan/ayam+ sayur.
Sekedar info saja, saya memiliki riwayat perut yang tergolong sensitif, kalau ada masakan yang diproses dengan tidak hiegenis, pasti perut saya memberontak dan mau tak mau saya yang jadi kerepotan bolak balik kamar mandi. Racikan makanan Bu Adel lulus seleksi karena perut saya tetap adem-adem saja saat mengkonsumsi makanannya. Selidik punya selidik, dalam menyajikan makanan, Bu Adel memasak makanan dengan jumlah yang pas. Jarang sekali Bu Adel memanaskan kembali makanannya dan disajikan esok harinya. Jadi sajiannya masih terjaga kesegarannya.
Selain itu, yang menjadi nilai plus lain di kantin ini adalah ketika kita dilanda kangker alias kantong kering, kita bisa ngutang tapi mau tak mau nama kita akan tercatat di buku dosa, sebutan lain untuk buku ngutang.
PENUTUP
Semoga Ibu Adel tetap sehat bugar sehingga senantiasa menyajikan makanan yang enak, gurih, dan hiegenis bagi kami staf Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Mimika.
Penulis: