[caption id="attachment_220547" align="aligncenter" width="1024" caption="Para pembicara bersama Mc di TEDx Makassar 2012"][/caption]
Makassar, Sabtu 8 desember 2012
TEDx adalah sebuah program acara lokal yang diadakan secara swadaya untuk mengajak orang berbagi ide yang layak disebarluaskan.Dalam acara ini ditampilkan pula video presentasidalam konferensi TEDdan penuturan langsung pembicara akan ditampikan secara bergantian untuk menghidupkan diskusi dan membangun keterhubungan yang mendalam.
Kegiatan TEDX Makassar 2012 kali ini bertempatdi museum kota Makassar dimana dihadiri sekitar 80 peserta yang terpilih .Kegiatan ini saya ikuti bersama teman teman komunitas skholatanpatas (kak edy,hana dan ikwan), Indonesia Future leader ( icha dan ardi )serta dari linihijau sekaligus kompasioner (kak bugi sumirat).
[caption id="attachment_220561" align="aligncenter" width="442" caption="Relawan Skholatanpabatas :Kak edy,hana dan saya sendiri by photografer TEDx Makassar "]
[/caption]
Kegiatan yang dimulai dengan adanyapenampilan barongsai di depan halaman museum. Lalu kegiatan pun berlanjut ke dalam gedung museum kota Makassar. Sebelum kegiatan dalam ruangan tersebut dimulai, dikumandangkanlah lagu Indonesia raya yang diikuti para peserta sembari berdiri dan meletakkantangan di dadanya masing masing.
Kegiatan TEDx 2012 kali ini bertema Komunitas Untuk Perubahan dimana kegiatan ini menampilkandelapan pembicara yang mewakili komunitasnya masing masing. Tapi sebelumnya melangkah ke acara inti , ditampilkanlahvideoinspiratif dari pembicara TED luar negeri seperti dari www.beforeidied dan www.improveverywhere.com.
Pembicara pertama : Komunitas Qui-Qui /Merajut Makassar oleh Sartika Nasmar
[caption id="attachment_220548" align="aligncenter" width="300" caption="Sartika Nasmar bersama anggota lainnya,Komunitas Qui qui"]
[/caption]
Keanggotaan komunitas ini tak hanya diikuti oleh kaum wanita saja tetapi juga bisa diikuti oleh pria.Didepan panggung tampak tiga orang lainnya yang mendemokan cara merajut termasuk seorang pria gondrong.Dijelaskan bahwa dalam merajut butuh konsentrasi yang tinggi,dapat mengurangi stress dan juga dapat dijadikan sebagai terapi psikis dan sosial pula.
Komunitas ini peduli pula terhadap isu-isu sosial seperti melakukan diskusi mengenai kesehatan reproduksi wanita. Kegiatan ini pernah dilakukan di pulau konigare,Marisodengan mengangkat program Knit for women right. Dari hal ini mereka mendapatkan kasusbahwa di tempat inilebih susah menjaga seorang wanita dibandingkan dengan sapi.
Kak sartika memaparkan pula bahwa merajut itu bukan berarti orangnya malas, bukan hanyahanya bicara seni dan karya, tapi kegiatan ini juga merupakan suatu pergerakan.
Pembicara kedua: Komunitas Makassar Berkebun olehWahyuddin Mas’ud
[caption id="attachment_220549" align="aligncenter" width="300" caption="Wahyuddin Mas"] [/caption]
Membuka perjumpaanyadengan peserta,Kak wahyuddin memaparkan sedikit pengantar mengenai beberapa hal yang terjadi di makassar. Mulai dari permasalahan banyaknya kendaraan yang berjumlah ratusan ribu, adanya demo dan tawuran yang hanya merupakan tindakan pembuangan energi berlebih untuk hal yang negatif,adanya penyaluran kreatifitas anak muda makassar yang menjadikan tembok-tembok jalan sebagai media grafitti,flyover yang dijadikan sebagai tempatkumpul kumpul para muda,adanya anak kecil yang seharusnya menikmati indah ya sekolah justru menikmati hidupnya di jalanan sebagai pengamen.
Makassar berkebun bertujuan untuk menciptakan lahan hijau di tengah kota Makassar yang juga memberikan manfaat bagi komunitas sekitar.Melakukan kegiatan menanam sayuran dan buah-buahan, berkebun dan panen bersama teman-teman dan keluarga.Melihat kondisi Makassar sekarang ini yang cenderung lebih memilh menanam beton daripada menanam tanaman.
Sebelum lanjut ke pembicara ketiga, ditampilkan kesenian dari sulawesi selatan
[caption id="attachment_220550" align="aligncenter" width="300" caption="Penampilan kesenian Makassar"]
[/caption]
Pembicara ketiga : Komunitas Barongsai oleh Hendrik Tejo
[caption id="attachment_220551" align="aligncenter" width="300" caption="Hendrik Tejo,Komunitas Barongsai"]
[/caption]
Beliau memaparkan filosofi dan sejarah mengenai Barongsai.Ada berbagai pesan dibalik penampilan barongsai yaitu sebagai seni olahraga ,pembawa rasa damai,adanya sportifitas, adanya kecintaan kepada keluarga,ada asimilasi dengan kebudayaan di Indonesia,adanya harmonisasi ,kebebasan berekspresi,dan adanya kerjasama yang baik
Komunitas Barongsai tak hanya tampil di vihara saja tetapi kini telah mengisi berbagai kegiatan di gereja,pesantren dan berbagai tempat umum lainnya,
Pembicara keempat : KomunitasIbu Ibu Doyan menulis oleh Erlina Ayu
[caption id="attachment_220552" align="aligncenter" width="300" caption="Erlina Ayu, Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis"] [/caption]
Biasanya ibu ibu itu doyannya belanja,identik dengan kegiatan di sumur ,dapur dan kasur tapi berbeda dengan komunitas ini terdiri dari ibu-ibu yang doyan menulis.Dengan mengangkat tema menulis dengan nol bakat ,kak Erlina ayu memaparkan bahwa anggota ibu-ibu doyan nulis kini beranggotakan lebih dari 5000 orang dengan 22 koordinator kota .Kak Erlina Ayu sendiri adalah koordinator di kota Makassar. Selain itu beberapa anggotanya tergabung dalam penulis bacaan anak.Komunitas ini menerbitkan 212 buku selama setahun dimana setiap seminggu menerbitkan minimal 5 buku. Komunitas ini pun pernah digandeng Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan penanaman sejak dini mengenai bahaya korupsi. Menutup pemaparannya, kak Erlina memberikan motivasi bahwa Menulis itu lebih membutuhkan niat daripada bakat.
Pembicara Kelima: Makassar Backpacker Oleh Syamsul Sunduseng
[caption id="attachment_220553" align="aligncenter" width="300" caption="Syamsul Sunduseng,Backpacker Makassar"]
[/caption]
Awal berdirinya makassar backpaker ketika kak syamsul melakukan tour asia tenggara selama 2 bulan.Menurut kak Syamsul,alasan beberapa profesi untuk tidak melakukan perjalanan yaitu ;jika mahasiswa beralasan bahwa tak ada uang,jika karyawan beralasan tak punya waktu,jika pensiunan beralasan bahwa usia tua sehingga tak punya banyak kekuatan untuk melakukan perjalanan.
Adapun keuntungan menjadi backpaker yaitu mandiri dalam pengurusan dokumen,hemat dalam segala aspek,ada interaksi dengan penduduk lokal, tak diatur oleh jadwal yang ketat.Ada berbagai trik yang bisa dilakukan untuk melakukan penghematan sebagai backpacker semisal menumpang kendaraan yang lewat dengan hanya mengacungkan ibu jari ke arah kendaraan.
Biaya untuk melakukan kegiatan ini tak mendapat dukungan dari pihak manapun tapi melalui pencarian dana secara mandiri misalnya melakukan pencucian mobil atau penjualan permen yang berbentuk bunga.
Makassar backpacker pun berusaha memperkenalkan objek pariwisata di Sulawesi Selatan kepada wisatawan-wisatawan yang berkunjung dimana tak hanya mempromosikan Tana Toraja saja yang selama ini dipandang sebagai tempat wisata terbaik di Sulsel ,tetapi juga berusaha memperkenalkan tempat lainnya seperti rammang rammang,parangloe,danau tempe dan masih banyak lagi.
Menutup pembicaraan, kak Syamsul menyampaikan slogan Makassar Backpacker yaitu Local Cika but Global Cess! Penonton pun terhibur dengan tampilan beliau layaknya seorang motivator dimana pembawaan beliau yang mengasyikkan membuat tak bosan melihatnya.
Kegiatan ini pun rehat selama setengah jam sambil menyaksikkan penampilan dari Chamber Music dengan permainan akustik dan biolanya yang keren abis! Istirahat sejenak sambil menikmati sajian yang disediakan kafe mama yang rasanya mak nyussss!
[caption id="attachment_220554" align="aligncenter" width="300" caption="Penampilan chamber music "]
[/caption]
Pembicara keenam dari pemerhati pasar tradisional/lokal oleh Zainal Siko.
[caption id="attachment_220555" align="aligncenter" width="300" caption="Zainal Siko,Pemerhati Pasar Tradisional"]
[/caption]
Kota makassar mempunyai sekitar 57 pasar lokal. Bagi sebagian orang ,pasar tradisional adalah tempat yang kumuh,kotor,kampungan ,dan tidak nyaman.Padahal sebenarnya ,dengan adanya pasar tradisional dapat memberi supplay makanan ke kota ,menampung hasil perkebunan, membantu masyarakat yang tinggal di daerah pulau . Selain itu pasar tradisional pula mampu menghidupi para penyandang cacat,mampu menampung para muda tanpa syarat dan juga mampu menghargai wanita.
Dari penuturan kak Zainal, syarat menjadi pedagang di pasar tradisional yaitu mampu bertanggung jawab dan siap dikader selama 10 tahun agar nantinya bisa berhasil. Selain itu adanya keinginan para pedagang di pasar tradisional agar ditata tapi tak ingin dipindahkan dan adanya perbaikan tenda tenda penjualan agar bisa kelihatan seragam dan lebih rapi kelihatannya.Jika diluar negeri,pasar tradisional dijadikan sebagai tempat wisata,hal ini sangat berbeda di Indonesia dimana pasar tradisional terkesan dipinggirkan.
Dengan membawa uang sebesar Rp.5000 kita sudah dapat berbelanja berbagai kebutuhan seperti seribu rupiah membeli kue buroncong,seribu membeli cabe,seribu membeli cabe ,seribu membeli terasi dan seribu lagi untuk menyantuni para penyandang cacat di pasar tersebut.Sehingga dengan ke pasar kita sudah bisa membawa 4 kantong belanja +1 kantong kebaikan.
Suasana berubah ketika kak Zainal menceritakan kisahnya selama 18 tahun menjadi pemerhati pasar tradisional.Dengan berlinang air mata, kak Zainal mengatakan bahwa jika dia diperhadapkan dengan dua pilihan yang sangat sulit yaitu keluarga atau pasar tradisional,maka beliau lebih memilih pasar tradisional.Alasannya bahwa di pasar tradisional ada banyak orang yang diselamatkan dengan menyediakan keperluan sehari hari bagi masyarakat dan juga memberi penghasilan bagi para pedagang. Hal ini membuat banyak peserta terharu mendengarkan pemaparan beliau.Sebelum mengakhiri ,kak zainal mengatakan bahwa “Tak Enak Menjadi Orang Miskin Dimana Kita selalu dicerita banyak orang mengenai kesengsaraan kehidupannya, tapi dibalik semuanya itu menjadi orang miskin membuat kita kaya hati.
Setelah beliau menutup pembicaraannya,beberapa diantara peserta terharu dan meneteskan air matanya ,ada pula yang memberikan standing applause terhadap kegigihan beliau dan disambut pulatepuk tangan yang begitu riuhnya dari para peserta.
Pembicara ketujuh dari Komunitas Pemulung olehRisnawati S.