[caption id="attachment_364810" align="aligncenter" width="600" caption="dok:rumahkeluarga-indonesia.com"][/caption]Dosen dipandang sebagai pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Indonesia kaya dengan dosen-dosen yang inspiratif dan lincah. Maksud dari dosen lincah disini adalah dosen yang hiperaktif dalam berbagai kegiatan, menghasilkan banyak karya baik yang berskala nasional hingga internasional. Berbagai prestasi ditorehkan dosen-dosen tersebut yang secara tak langsung mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Sebagai seorang mahasiswa, saya juga banyak belajar dari karya mereka, termasuk mengoleksi buku-buku dosen tersebut. Berikut ini dosen-dosen yang penulis anggap memenuhi kriteria tersebut antara lain:
1. Rhenald Kasali
[caption id="attachment_364804" align="aligncenter" width="620" caption="Prof Rhenald Kasali (dok:Kompas.com)"] [/caption]
Memulai karir sebagai reporter bidang ekonomi dan bisnis di Majalah Promosi, Kadin Jaya tahun 1983 lalu berpindah ke PT. Kompas Gramedia sebagai reporter dan staf marketing dan kemudian berpindah lagi sebagai konsultan bisnis di PT. Djemat , Samhano dan Partners. Tahun 1988 diterima menjadi dosen ekonomi Universitas Indonesia.
Beliau mendirikan Rumah Perubahan adalah Role Model Social Entreprise dan Pelopor Transformasi yang didirikan untuk menggerakkan perubahan demi Indonesia yang lebih baik
Sebagai Ketua Program Magister Manajemen Universitas Indonesia, Rhenald tak hanya dikenal sebagai dosen terbaik Fakultas Ekonomi UI. Disamping kegiatannya sebagai pengajar, Rhenald juga aktif menulis dan mengisi berbagai acara seminar. Sampai pada tahun 2012, sudah ada puluhan judul buku yang berhasil ia terbitkan. Buku – buku yang ditulisnya selalu menjadi perhatian kalangan bisnis. Beberapa buku yang telah ditulis oleh Rhenald Kasali antara lain : Sembilan Fenomena Bisnis (1997), Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting dan Positioning (1998), Change! (2005), Recode Your Change DNA (2007), Myelin: Mobilisasi intengibles sebagai kekuatan perubahan (2010), Cracking Zone (2011), Mutas DNA Powerhouse, Marketing in Crisis, Wirausaha Muda Mandiri seri satu dan dua, Cracking Values, Camera Branding. Lets Change, 30 Paspor di Kelas Professor, From One Dollar to Billion Dollars Company dan Self Driving.
Di samping menulis, mengajar, narasumber, seorang wirausaha, dan host Wirausaha Muda Mandiri di Metro TV, suami dari Elisa ini telah menjalin kerjasama dengan Prof. Michael Porter (Harvard University) untuk mengembangkan strategi keunggulan daya saing berbasiskan cluster. Tak hanya itu, ia juga pernah terlibat sebagai anggota team Panitia seleksi di bidang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menjadi Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN), anggota Dewan Juri Penghargaan Export Pemerintah Indonesia (Primaniyarta), dan juga tim juri pemilihan Putri Indonesia
2. Ken Kawan Soetanto
[caption id="attachment_364805" align="aligncenter" width="480" caption=" Prof.Ken Kawan Soetanto (dok;suciptoardi.wordpress.com)"] [/caption]
Soetanto adalah panggilan akrab lelaki asal Surabaya yang juga merupakan warga negara Indonesia yang menjadi guru besar di Jepang dengan empat gelar doktor di usia 37 tahun dan 3 gelar fellow (award) dari academic Society (2 dari Amerika dan 1 dari Jepang.) Beliau mendapat dana penelitian dari Pemerintah Jepang dan Amerika senilai US$23 Million atau mencapai 200 Milyar rupiah
Dahulu, Soetanto muda pernah terbuang, Tahun 1965. Ketika terjadi pergolakan politik menentang komunisme, hak mendapat pendidikan Soetanto terampas. Sekolahnya Chung-Chung High School di Surabaya, ditutup untuk selamanya. Soetanto hanya menyelesaikan pendidikan sampai kelas 1 SMA. Selama tak lagi bersekolah, dia bekerja mereparasi elektronik di toko abangnya di Surabaya. Setelah uangnya terkumpul, dia berangkat ke Jepang tahun 1974 untuk belajar lebih jauh tentang elektronika. Pada tahun 1977, Soetanto berhasil menjadi mahasiswa fakultas teknik daro Pertanian Universitas Tokyo.
Saat hendak mengajukan diri di salah satu universitas di Jepang, dia diremehkan dengan kata-kata bahwa apakah orang Indonesia mampu mengajar orang Jepang. Dengan kerja keras dan semangat belajar yang tinggi dan disokong oleh dana pemerintah Jepang,akhirnya beliau menjadi guru besar di beberapa universitas di Jepang.
Keempat gelar doktor dia peroleh di berbagai aplikasi rekayasa elektronika dari Tokyo Institute of Tecnology (1985), ilmu kedokteran dari universitas Tohoku (1988), ilmu farmasi dari Science University of Tokyo ( 2000), dan ilmu pendidikan dari Universitas Waseda (2003)
Dari pengembangan interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi, dia menghasilkan 29 paten di Jepang dan 2 paten di Amerika Serikat. Pencapaian riset dengan paten paling mutakhir diakui di Jepang, yakno The Nano- Micro Bubble Contrast Agent. Pemerintah Jepang melalui NEDO ( The New Energy and Industrial Tecnology Development Organization) memberikan penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
Dalam menjalankan proses pendidikan di Jepang, beliau tidak hanya berteori tetapi juga ia berusaha menggali kepintaran dari setiap peserta didik. Metode Soetanto merupakan metode pengajaran yang digagas beliau. Suatu pengajaran yang menyentuh hati setiap peserta didik dan mengumandangkan motivasi serta pemahaman tujuan yang ingin diraih. Menurutnya, manusia yang sebelumnya bodoh atau tak memiliki semangat belajar sama sekali harus didaur ulang supaya memiliki motivasi belajar dan bermanfaat bagi sesamanya.
Berbagai penghargaan diterima oleh Bapak Soetanto antara lain Outstanding Achievment Award in Medicine and Academia dari Pan Asian Association of Greater Philadelphia, AS, tahun 1990. Ia juga meraih predikat profesor riset terbaik dan profesor mengajar terbaik selama tujuh tahun berturut-turut (1994- 2000) di Toin University of Yokohama.
Bapak Soetanti juga ternasuk kategori satu di antara tiga pemohon pateng paling terkemuka di Jepang. Sejak 2003, dia menjadi guru besar di Universitas Waseda dan menjabat Kepala Divisi Urusan Internasional. Dia juga menjadi orang pertama dari luar jepang dalam 125 tahun terakhir yang diajukan menduduki jabatan setingkat kepala divisi di Universitas Waseda. Sampai kini leboh dari 1100 karya ilmiah Soetanto telah dipublikasikan. Bagi yang ingin mengenal lebih dekat beliau bisa kunjungi websitenya di www. Kensoetanto.com
3. Yohanis Surya
[caption id="attachment_364806" align="aligncenter" width="400" caption="Prof. Yohanes Surya (dok:PKSPalembang.com)"] [/caption]
Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Pada tahun 2009 Surya Institute bekerja sama dengan pemerintah daerah, World Vision Internasional, serta Lembaga Nobel Indonesia mempersiapkan sejumlah siswa dari beberapa daerah di Provinsi Papua untuk mengikuti olimpiade sains atau matematika di tingkat nasional dan internasional. Beliau adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan; Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten dan kini Prof. Yohanes Surya menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) diseluruh Indonesia. juga pencetus istilah MESTAKUNG dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan. Sejak pertengahan 2009, Prof. Yohanes Surya merintis berdirinya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya (STKIP Surya) di Tangerang.
Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika MIPA Universitas Indonesia hingga tahun 1986, mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988 dan selanjutnya menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat. Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya pada tahun 1994 dengan predikat cum laude. Setelah mendapatkan gelar Ph.D., Yohanes Surya menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia – Amerika Serikat (1994). Walaupun sudah punya Greencard (izin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya akhirnya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika dan ilmu sains di Indonesia.
Selama berkarier di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku “Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia” yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia.
Di luar aktifitasnya di atas, Yohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang); Penggagas dan President Asian Physics Olympiad (2000-sekarang); Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Karawaci, Tangerang (2000); Executive member of the World Physics Federation Competition; Chairman of The International Econophysics Conference 2002; Chairman the World Conggress Physics Federation 2002; Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali.
Selama berkarir di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, beliau menulis buku "Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia" yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Dan tahun 2008 mendapat award sebagai Pahlawan Masa Kini pilihan Modernisator dan majalah TEMPO. Yohanes Surya juga mendapatkan banyak penghargaan dari Menpora, Radio Elshinta, Harian Merdeka, Metro TV Award, Penghargaan "Icon anak Muda" dari Radio Trax FM, Koran Jakarta Award, Penghargaan Harian Republika sebagai "Tokoh perubahaan 2009, Penghargaan Seputar Indonesia Social Transformer 2011, Sakti Award 2012, BNSP Competency Award 2012 kategori Tokoh Pendidikan Akademisi dan Soegeng Sarjadi Award on Good Governance 2013 kategori Tokoh Inspirator Publik untuk Kemajuan Sains.
Sejak tahun 2009 Prof. Yohanes Surya bekerjasama dengan pemda daerah-daerah tertinggal mengembangkan matematika GASING (Gampang Asyik dan menyenangkan), dimana anak-anak daerah tertinggal itu dapat belajar matematika dengan mudah. Siswa yang dianggap "bodoh" ternyata mampu menguasai matematika kelas 1-6 SD dalam waktu hanya 6 bulan. Program ini sekarang sedang diimplementasikan diberbagai daerah tertinggal terutama di Papua.
Tahun 2010 Prof. Yohanes Surya mendirikan STKIP (Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan) SURYA, untuk mencetak guru-guru yang berkualitas dari berbagai daerah tertinggal di Indonesia. Untuk lebih konsentrasi pada STKIP Surya dan persiapan pendirian Surya University (yang fokus pada pendidikan, energi dan ilmu hayati/life sciences, mulai Januari tahun 2011 Prof. Yohanes Surya tidak menjabat lagi sebagai rektor UMN. Pada tahun 2013 Prof. Yohanes Surya mendirikan Surya University (http://www.surya.ac.id) , suatu universitas berbasis riset yang didukung oleh ratusan ilmuwan dan lebih dari 77 research center. Surya University akan menjadi pilar utama Indonesia Jaya 2030.
Beliau punya mimpi 15 tahun kedepan untuk mendidik anak-anak Indonesia yang paling tertinggal didaerah daerah, sehingga mereka menjadi Doktor (PhD), 30000 doktor, yang disebar diseluruh pelosok negeri. Jika ini terwujud, maka Indonesia akan bisa berbicara di Tingkat Internasional, bahkan kita akan bisa bertanding dengan negara maju seperti USA.
4. Anies Baswedan
[caption id="attachment_364807" align="aligncenter" width="480" caption="Anies Baswedan (dok:Nusaonline.com)"] [/caption]
Beliau adalah intelektual asal Indonesia memiliki kepedulian terhadap masyarakat akar rumput khususnya dalam bidang pendidikan. Anies adalah ketua yayasan Indonesia mengajar. Anies adalah mahasiswa dan aktivis di Universitas Gadjah Mada (UGM). Beliau mempunyai nama lengkap Anies Rasyid Baswedan Ph. D. Lahir di Kuningan, Jawa Barat, 7 Mei 1969, umur 44 tahun.
Penghargaan nasional Anies Baswedan Harian Rakyat Merdeka menganugerahkan The Golden Awards pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) harian ini yang ke 14 pada Juni 2013. Anies dipilih atas inspirasinya di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Anies Baswedan mendapatkan Anugerah Integritas Nasional dari Komunitas Pengusaha Antisuap (Kupas) serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Penilaian ini didasari atas survey yang dilakukan pada 2012 tentang persepsi masyarakat terhadap sejumlah tokoh nasional. Dompet Dhuafa memberikan penghargaan Dompet Dhuafa Award 2013 kepada Anies Baswedan pada Juli 2013. Penghargaan ini diberikan kepada tokoh-tokoh yang dinilai telah memberikan inspirasi kebajikan bagi masyarakat dan berkontribusi bagi bangsa. Anies Baswedan menerima penghargaan kategori pendidikan. Ia dipilih karena usahanya melunasi janji kemerdekaan di bidang pendidikan melalui Gerakan Indonesia Mengajar. Penghargaan dikancah internasional pada 2004 Anies Baswedan menerima penghargaan Gerald Maryanov Fellow dari Departemen Ilmu Politik Universitas Northern Illinois. Jiwa kepemimpinan Anies Baswedan juga membuahkan hasil dengan hadirnya nama Anies dalam salah satu Young Global Leaders pada Februari 2009 yang diberikan oleh World Economic Forum pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang, dan masih banyak lagi penghargaan yang diterima Anies baik dikancah nasional maupun internasional.
Sewaktu menjadi mahasiswa Anies Baswedan juga mendapat beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia, Tokyo, Jepang. Beasiswa ini ia dapatkan karena memenangkan sebuah lomba menulis mengenai lingkungan. Ia menjadi pemenang karena kegemarannya mengeliping artikel. Saat itu kumpulan artikel hasil klipingnya ia jadikan bahan referensi penting dalam penulisan artikel untuk lomba tersebut. Anies lulus kuliah pada tahun 1995, setahun kemudian ia mendapat beasiswa melanjutkan studi master bidang International Security and Economic Policy, di University of Maryland, College Park. Sewaktu kuliah ia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Students Award. Setelah lulus dari program master ia mendapatkan beasiswa program doktoral dari Northern Illinois University. Disertasi Anies Baswedan tentang “Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia”. Ia juga aktif menulis artikel dan menjadi pembicara baik di dalam maupun luar negeri. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi dan politik Islam di Indonesia. Artikel jurnalnya yang berjudul “Political Islam: Present and Future Trajectory” dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara artikel “Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy” diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Mungkin karena dedikasinya yang begitu besar di dunia maya yang membuat Pak Jokowi memilih beliau sebagai menteri pendidikan.
5. I Made Andi Arsana
[caption id="attachment_364808" align="aligncenter" width="480" caption=" I Made Andi Arsana (dok:iytimgcom)"] [/caption]
Lelaki asli Bali ini meupakan dosen Teknik Geodesi UGM, Yogyakarta.Meraih gelar S1nya di Universitas Hajah Mada, S2 di Universitas New South Wales Australia dan S3 di Universitas Wollongong. Beliau telah mempublikasikan sekitar 200 karya baik dalam bentuk buku, jurnal, makalah konferensi, artikel koran , kuliah umum, artikel di majalah dan lain-lain. Adapun koran yang telah memuat tulisannya yaitu Kompas, The Jakarta Pos, Bali Post, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, dan lain-lain. Karya tulis hasil penelitiannya telah dipresentasikan dalam berbagai konferensi di Asia, Australia, Amerika dan Eropa.
Berbagai aktivitas dan organisasi beliau geluti baik berskala nasional hingga internasional seperti Committee member of Indonesian General Election 2009, Wollongong, Australia, President of Wollongong University Indonesian Student Association , Secretary of the Balinese Community of NSW, Australia , United Nations – Nippon Foundation Fellowship Alumni Representative (President), Chief of Committee for AusAID Indonesian Students welcoming ceremony dan masih banyak lagi.
Pak Made telah menerbitkan dua buku di bidang aspek teknis/geodesi hukum laut, dan satu buku di bidang teknologi informasi. Pak Made juga menjadi penulis bersama beberapa buku yang diterbitkan di Jerman ( 2006), Australia (2007), Singapura (2009), Belanda (2010), dan Amerika Serikat (2012). Beliau pernah menjadi juara umum karya Tulis Inovatif yang diselenggaran Perhimpunan Pelajar Indonesia di Perancis dengan makalahnya tentang sengketa Blok Ambalat. Hingga akhir 2012, Pak Made telah mengunjungi 22 Negara dalam memaparkan penelitiannya. Selain sebagai akademisi, beliau juga aktif sebagai blogger dengan alamat www. Madeandi.com.
6. Jamaluddin Jompa
[caption id="attachment_364809" align="aligncenter" width="470" caption="Prof. Jamaluddin Jompa(dok:kirana.agustina.wordpress.com)"] [/caption]
Guru besar Universitas Hasanuddin ini pernah digadang-gadang menjadi kandidat menteri Kelautan dan Perikanan. Tak heran memang, berbagai pengalaman puluhan tahun, baik nasional maupun internasional, serta ratusan karya akademisnya di bidang kelautan dan perikanan membuat beliau dipandang cocok menangani masalah kelautan dan perikanan di Indonesia.
Menamatkan pendidikan S1 di jurusan perikanan tahun 1989, gelar M.SC dirauh di Universitas McMaster, Kanada tahun 1996 dan gelar Ph.D nya diraih di Universitas James Cook, Australia tahun 1996. Berbagai pelatihan dan training beliau ikuti seperti Diving supervisor, rescue and first-aid training, Australia, Trainer on Integrated Coastal Zone Planning and Management in Environmental at National wide, Trainer on Integrated Coastal Zone Planning and Management in Environmental at National wide (especially Eastern Indonesia) dan masih banyak lagi.
Tergabung dalam berbagai organisasi profesi baik berskala nasional maupun internasional seperti Member of International coral reef society (2000-2002),Member of Australian coral reef society (1998-2001), Associate staff of Australian Institute of Marine Science (AIMS) (1997 – 2001),Associate member of the Cooperative Research Centre (CRC) for reef study, Australia (1997 – 2001),Member of International Phycology Society of (2000-2001),Sulawesi Coord. For Indonesian Phycology Society (2002-present).
Ada banyak proyek prestisius juga pernah dikerjakan beliau seperti Global Water Assessment for Indonesian Seas sebagai Coordinator for Indonesian region for the global international water assessment. Funded by UNEP, Research Coordinator for the Comprehensive Ecological Assessment of Spermonde Archipelago, South Sulawesi funded by COREMAP-World Bank, 7 times as the cruise leader for ‘Coral-Agal Dynamic on the Great Barrier Reef’ project at the Australian Institute of Marine Science, Research Coordinator for the Comprehensive Ecological Assessment of Spermonde Archipelago, South Sulawesi funded by COREMAP-World Bank dan masih banyak lagi.
Demikianlah dosen-dosen lincah yang menurut penulis adalah sosok yang inspiratif, punya banyak karya dan mendedikasikan dirinya kepada masyarakat. Empat dari dosen yang dipaparkan diatas juga pernah muncul sebagai kandidat menteri favorit pilihat rakyat di situs Jokowi Center, walau pada akhirnya hanya Pak Anies Baswedan yang diangkat jadi menteri. Keenam dosen yang penulis utarakan diatas adalah sebagian kecil dari dosen asal Indonesia yang berprestasi. Ada banyak dosen-dosen yang tak kalah hebatnya dari beliau-belaiu yang nantinya akan dipaparkan di lain kesempatan. Terbuktikan bahwa kualitas dosen-dosen asal Indonesia tak kalah dengan dosen-dosen luar negeri. Semoga kita, para mahasiswa banyak belajar dan lincah seperti tokoh-tokoh diatas.
Salam perubahan dari mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar, Heriyanto Rantelino
Facebook: Heriyanto Rantelino
Twitter: @Ryan_Nebula
No Kontak :085242441580
Referensi:
Anak Dusun Keliling Dunia oleh I Made Andi Arsana
Soetanto Effect, Ubah Orang Buangan Jadi Rebutan oleh Ken Kawan Soetanto
Yohanessurya.com
Aniesbaswedan.com
Merdeka.Com
Dan lain-lain
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H