Nama Pena: Heri Haliling
Nama Asli: Heri Surahman
Pion Langit
Kenangan muncul bagai angin menyembur dari balik celah dinding. Bidin adalah salah satu atlet catur di Banjarmasin. Umurnya kini 45 tahunan. Telah berapa kali ia keluar provinsi. Walau ia tak pernah meraih juara 1 saat mewakilkan Kal-Sel, tapi diakui oleh gubernur saat itu bahwa Bidin adalah seorang master karena selalu menduduki peringkat 2 atau 3.
Ia bangga jika mengingat pujian itu.
Namun catur perlahan mulai tidak menonjol. Bidin jarang dipanggil untuk mewakili provinsi. Pada masa itu, peraturan-peraturan yang dirasa penting demi mewujudkan Banjarmasin maju sedang menjadi tonjolan program.
Bidin tentu tidak tinggal diam dengan keadaan itu. Bidin tahu kewajibannya. Ia sering berpindah-pindah kerja untuk menafkahi sang isteri. Hingga kini pada profesinya terakhir sebagi penjual problem catur 3 langkah Mat. Tapi dari kacamata isterinya sendiri, penghasilan yang diperoleh Bidin masih sangat kurang. Masalah semakin kompleks dengan sekian tahun menikah namun jua Bidin belum dikaruniai momongan. Puncak masalahnya ialah ketika sang isteri menerima warta bahwa Bidin mengidap hernia.
Bidin menggigit bibirnya. Menyeringai layaknya orang hendak berteriak. Tangan kanannya mengepal dan segera meluncur menghentak kasur. Hernia telah merenggut tubuhnya. Lebih sebal lagi, Bidin menyadari bahwa hernia itu merampas pernikahannya.
*
Malam ini di Taman Seroja Bidin menggelar lapak untuk dagangannya pada sebuah tempat yang agak jauh dari tepian Sungai Martapura Ia susun biji biji catur sesuai notasi. Hadiah 3 bungkus rokok ia keluarkan. Permainan tebak catur 3 langkah mati siap, gumamnya bangga. Belum lama ia menggelar karpet, ternyata salah seorang pedagang bakso di sebelahnya menegur.