Iman ya iman, pornografi(aksi) ya pornografi(aksi). Dua hal yang berdiri sendiri, tak ada korelasi dan saling mempengaruhi. Mereka punya wilayahnya sendiri-sendiri. Jangan bilang aku gak konsisten, atau bahkan munafik. Kalau kemarin aku bilang pilih pemimpin yang beriman ( berKTP Islam ) bukan berarti saya gak boleh melakukan pornografi(aksi). Intinya tak usah pedulikan apa yang aku lakukan, yang penting imanku tetap Islam. Dan kalau kalian mengaku beriman, pilihlah aku. Jika tidak itu artinya kalian tidak mengikuti tuntunan agama, dan bisa-bisa kalian mendapat label k*f*r.
Kalau aku marah atau arogan, itu hanya bercanda dan itu adalah karakter asliku tanpa dibuat-buat dan karena aku tidak suka pencitraan. Kalau ada perempuan-perempuan seksi memakai kaos I love u , kumis... untuk kali ini jangan dibilang itu pornografi. Kecuali kalau yang melakukan kalian, aku akan komentar sebaliknya. Apa kamu tidak melihat, partai pendukungku yang paling anti pornografi saja tidak protes sama sekali. Ini artinya sudah sesuai syariah. Yang penting iman di KTP ku tetap Islam, soal kelakuan bisa diatur yang penting menguntungkan.
Sekali lagi, iman itu punya wilayah sendiri untuk dibahas. Jikalau diperlukan kita pakai, jika tidak kita tinggal di rumah saja. Nanti kalau kekuasaan terancam, baru iman aku ambil dan aku pamer-pamerkan. Karena aku tahu, rakyatku sangat baik dan sangat mencintai "iman", meskipun hanya pepesan kosong tanpa isi kecuali kamuflase dan tipuan.
Sungguh, sebuah panggung demokrasi yang tidak mendidik !
#Jakarta, 3 September 2012
link terkait dengan tulisan pak Johan Wahyudi :
http://politik.kompasiana.com/2012/09/03/mengapa-wanita-wanita-cantik-itu-mau-menjadi-komoditas-pilkada/
juga tulisan bu Ira Oemar :
hiburan.kompasiana.com/humor/2012/09/03/inilah-senjata-ampuh-bang-kumis-menggusur-baju-kotak-kotak/