Lihat ke Halaman Asli

Halal Bihalal dan Pagelaran Wayang Kulit Bersama Ki Wulan

Diperbarui: 25 Juni 2015   01:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13456499221388875246

Ada yang unik dari perayaan halal bi halal 1433 H, di desa Kepuhsari , Kecamatan Wonogiri, sebuah desa penghasil kerajinan wayang kulit sekaligus gudangnya para dalang yang terletak di selatan pulau Jawam Jawa Tengah. Acara halal bi halal yang diadakan pada hari ke 2 lebaran, tepatnya hari Senin, 2 Syawal 1433 H atau 20 Agustus 2012 merupakan sebuah acara pertemuan para warga perantauan dengan sanak-saudara, teman dan segenap warga satu kelurahan. Disponsori oleh anak-anak perantauan maka terselenggaralah acara pagelaran wayang kulit dan juga hiburan lawak yang menghadirkan pelawak Gareng dari Semarang.

Acara ini cukup meriah dan semarak, meskipun tempat yang digunakan tidak mampu menampung penonton yang datang dari berbagai penjuru desa. Dan yang membuat berbeda adalah dalang yang memainkan pagelaran wayang kulit ini adalah seorang wanita bernama Ki Wulan, yang sudah tidak asing lagi di dunia pewayangan bahkan sudah sering tampil di anjungan budaya Taman Mini Indonesia Indah.

Ki Wulan, adalah satu-satunya dalang wanita saat ini yang sudah berpengalaman memainkan wayang kulit semenjak kecil. Tak heran kemampuannya saat ini sudah sangat mumpuni. Ini diperoleh selain karena Ki Wulan adalah keturunan dalang ( Bapaknya adalah Ki Hadi Carito , dalang era 80-an yang kini sudah sepuh ),  Ki Wulan termasuk tipical anak muda yang rajin dan gigih menekuni profesinya.

Selain menjadi ajang untuk temu kangen dengan media halal bi halal, adanya pagelaran wayang kulit ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya milik bangsa, yang mana dikhawatirkan akan musnah ditelan arus budaya barat yang lebih menarik para kawula muda. Untuk itu keprihatinan para penggagas acara ini diharapkan menjadi keprihatinan semua kalangan. Dari sini dipupuk semangat kepedulian bersama untuk terus menghidupkan budaya wayang kulit. Momen seperti inilah bukti bahwa masyarakat masih mencintai budaya lokal, budaya yang sesungguhnya memiliki nilai strategis bagi pendidikan dan pencerahan bangsa.

13456502921415738222

13456503191620864712

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline