Lihat ke Halaman Asli

Kebimbangan PKS: Primordialisme Foke atau Idealisme Jokowi

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang putaran ke-2 Pemilukada pada 20 September mendatang, cagub dan cawagub yang diusung PKS yaitu HNW dan Didik nampak bimbang menentukan pilihan. Meskipun Jokowi sudah mendekati HNW sepertinya HNW masih perlu berpikir lama untuk menentukan mau ke mana.

Dua pilihan yang sulit menurut PKS, karena sama-sama tidak menguntungkan dilihat dari kaca mata berpikir politik praktis. Kecuali jika melihatnya dari kepentingan aspirasi rakyat banyak. Jika memilih Foke-Nara, tentu akan menyalahi platform yang ditawarkan oleh HNW yaitu "Ayo beresin Jakarta" , sementara kalau mendukung Jokowi-Ahok, masih banyak pandangan di PKS yang tidak setuju dengan keberadaan Ahok yang notabene non muslim. Padahal sebelumnya HNW pernah menjadi tim sukses Pemenangan Jokowi-Rudyatmo menjadi Walikota dan wakil walikota Solo. Padahal Rudyatmo juga non muslim.

Negara Indonesia adalah negara majemuk. Semua warga negara memiliki hak yang sama. Dan ternyata jenis agama tertentu tidak menjadi jaminan akan bisa menjadi pemimpin yang baik. Karena negara ini peraturan paling tinggi adalah undang-undang dasar dan bukan undang-undang agama. Karena pada saat menjadi pemimpin, kepentingan agama adalah di bawah kepentingan semua warga lepas dari agama apapun. Pertimbangan terhadap kepentingan umum adalah prioritas namun harus tidak berbenturan dengan kepentingan setiap agama yang dilindungi di negeri ini.

Jadi, jika seandainya pertimbangan HNW dan PKS nya mengalihkan dukungan ke Foke-Nara hanya karena agama Foke-Nara adalah Islam, sementara Ahok yang wakil Jokowi non muslim dengan segenap kegagalan dan sinyalemen dugaan korupsi seorang Foke maka saya pikir sebuah pilihan yang absurd. Padahal dari segi track record dan kapabilitas Jokowi-Ahok sudah dirasakan oleh sebagian besar rakyatnya di daerah asal.

Saran saya, lihatlah Islam itu dari nilai-nilai yang diperjuangkan, bukan dari kulit dan tampilan luar saja yang diidentikan dengan peci, baju koko atau KTP beragama Islam. Foke-Nara saya yakin mereka Islam, tapi perilaku nya masih lebih islami Jokowi-Ahok, meskipun Ahok tidak beragama Islam. Sifat adil, amanah, jujur, bersih, tidak emosional dan gampang marah itu semua adalah nilai-nilai dan akhlak Islami yang tidak cukup ditampilkan dengan atribut Islam tapi harus diwujudkan dalam dunia nyata yang bisa dirasakan.

Maka dari itu, teman-teman PKS coba deh untuk tidak terjebak dengan penampilan klimis dan agamis yang kadang sangat hebat mampu menutupi ketidakmampuan seseorang, apalagi ini seorang pemimpin yang akan menentukan nasib rakyat banyak. Islam itu tidak terletak di peci, baju koko atau penampilan agamis seseorang. Islam itu ketika keadilannya, keteduhannya dan kebaikannya bisa dirasakan oleh banyak orang. Bukan yang baru tersaingi sedikit saja langsung bilang "Ente jual , ane borong." Bukan pula yang berprasangka buruk, seolah-olah tetangga kita rakus sudah enak-enak makan di Solo masih mau mengambil bagian makanannya di Jakarta. Ini kan paradigma berpikir yang keliru, bahwa memimpin itu identik dengan makan, kejayaan ataupun kemuliaan. Padahal memimpin itu seharusnya menggunakan kekuasaan untuk menyejahterakan rakyat.

Kesimpulannya, buat apa memilih label, kalau isinya pahit ? Usah terjebak dengan primordialisme sempit. Tapi kembali lagi bahwa kecenderungan pemilukada kali ini berbeda dengan pemilu sebelumnya. Sikap partai tak selalu diikuti oleh konstituennya, karena masyarakat saat ini sedang dilanda krisis kepercayaan terhadap partai politik. Mereka cukup cerdas memilih pemimpin mana yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Selanjutnya, monggo-monggo saja mau mendukung yang mana, wong ini hanya sekedar saran dan pandangan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline