Lihat ke Halaman Asli

Sopir Mabok Masuk Surga?

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Ingat almarhum Gus Dur? Humornya seringkali nakal, tajam, nyentil namun menggelitik untuk dipikirkan. Salah satunya tentang seorang sopir angkutan yang masuk surga lebih dulu.

Kutipan ceritanya begini.
Di pintu surga sedang terjadi perdebatan rame dan bertele-tele anatara tiga orang pemimpin agama dengan Malaikat penjaga pintu. Pasalnya, mereka merasa paling berhak masuk lebih dulu karena posisinya sebagai Imam, Pendeta, dan Bhiksu. Malaikat penjaga sorga tampaknya tidak mau memutuskan siapa yang boleh masuk duluan dan karenanya membiarkan ketiganya berdebat. Tiba-tiba menyelononglah seorang yang compang camping dan tidak terlalu gagah mendekati pintu surga untuk minta masuk. Malaikat mengecek sebentar buku daftarnya, lalu mempersilahkan orang tersebut masuk, tanpa ba atau bu. Kontan saja ke tiga pemimipin agama tadi berhenti berdebat dan menyatukan tekad untuk protes terhadap sang Malaikat. Maka ditunjuklah si Imam untuk menjadi jubir dan menanyai Malaikat:

Jubir: "Pak Malaikat, itu tadi siapa kok langsung nyelonong masuk sorga?"
Malaikat : "Itu si Hotpintor Sinaga, orang Toba."
Jubir : "Emang dia kelebihannya apa dibanding kita kok gak ditanya?"
Malaikat : "Dia sopir mikrolet jurusan Senen-Cakung."
Jubir : "Lho, lha kita bertiga pemimipn agama!"
Malaikat :" Ya tapi Hotpintor tukang mabuk."

Jubir (dan kedua temannya bingung) : "Gimana sih, Kat! Kan jelas kita lebih berhak duluan dari sopir pemabuk itu. Malahan mestinya dia masuk ke tempat lain, bukan di sini!"

Malaikat : "Ah sampeyan ini bertiga ini gimana. Justru karena si Hot tadi sering mabok waktu nyopir, para penumpang mikroletnya selalu takzim berdoa kepada Gusti Allah supaya gak kecelakaan. Sampean bertiga sebaliknya. Kalau khotbah bikin jemaat bosen dan ngantuk semua, boro-boro khidmat dan berdoa sama Gusti Allah. Sampen bertiga malah bikin jemaat makin lama makin berkurang jumlahnya... Coba sampeyan pikir mana yang lebih disukai Gusti Allah. Lihat ini ada catatan khusus: Hotpintor langsung masuk!

Tenang, ini hanya humor. Seperti kartun, humor kadang menampilkan bagian cerita agak menonjol atau kadang berlebihan. Kartun pun sering menggambarkan hidung mancung, gigi tonggos atau bibir dower secara tidak proporsional. Dan di cerita  ini ditampilkan tokoh si sopir yang mabok, dan berbuat ugal-ugalan. Tentu ini bagian dari bumbu humor yang tak bisa disamakan dengan menikmati sebuah berita atau reportase yang harus berpijak pada fakta.

Pesan humor di atas menurut apresiasi penulis bahwa manusia mesti memelihara kerendahan hati di hadapan Allah. Tidak etis jika manusia merasa lebih tinggi dibanding manusia lainnya, karena akan terjebak dengan sikap ujub atau sombong. Padahal yang berhak sombong itu hanya Allah. Bukankah Allah mengatakan bahwa tak ada tempat di surga untuk manusia yang sombong. Mentang-mentang pemuka agama lalu merasa lebih layak masuk surga dibanding seorang sopir bus. Padahal keduanya adalah hubungan yang saling membutuhkan.

Pesan yang lainnya menggambarkan bahwa Gusti Allah itu menyukai hambanya yang merasa butuh, merasa tak memiliki daya upaya di hadapan-Nya. Biasanya rasa butuh dan tak berdaya itu hadir pada saat terancam atau tidak aman. Dalam keadaan normal manusia sering kali merasa keakuannya menutupi rasa butuhnya akan Tuhan. Maka di sini Tuhan meminjam seorang sopir agar menjadi perantara manusia menuju perasaan butuh akan Tuhannya. Melalui sopir manusia menjadi ingat Tuhannya, lalu mohon ampunan dan keselamatan. Secara tidak langsung sang sopir telah membuka hijab antara hamba dan Tuhannya.

Sementara di sisi lain, banyak manusia mengatasnamakan agama padahal niatnya adalah untuk mengeruk harta dunia dan meraih jabatan. Meskipun untuk itu ia harus menipu banyak orang dengan ketaatan lahiriahnya. Tentu tidak semua berperilaku demikian, tapi faktanya sebagian kita melakukannya.
Makanya masuk akal jika surga itu tak melulu milik manusia yang nampak baik dan taat. Ternyata Allah melihat nilai manusia dari dua sisi. Sisi lahir dan sisi batin. Meskipun secara lahir kurang di mata manusia, tapi penilaian Tuhan menembus batas-batas dimensi fisik.

Jadi sangat mungkin nanti seorang sopir, seorang pembantu, seorang buruh bangunan, seorang pemulung bahkan akan masuk surga mendahului orang yang nampak lebih alim, kaya atau tenar. Karena Tuhan lebih tahu luar dan dalam hakekat kebaikan pada diri manusia.

Demikian kira-kira maksud humor Gus Dur, paling tidak menurut perspektif penulis.

Salam humor




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline