Lihat ke Halaman Asli

Zaman Cubit-cubitan

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku terlambat lagi, di depan pintu gerbang sudah berdiri sang guru killer yang paling ditakuti cubitannya. siapa yang terlambat pasti kena cubit di dadanya, dan sakitnya jangan tanya. aku heran juga koq kita yang udah sma diperlakukan seperti alat untuk dicubit-cubit jika terlambat masuk ke sekolah.

sialan, jam pertama ada ulangan biologi, guru biologi itu kawan ibuku, kalau akau gak masuk ke kelas bisa repot aku nanti. dengan hati dag dig dug aku berjalan cepat menuju pintu gerbang besi sekolahan. di depan pintu telah menunggu sang pecubit, yang menyeringai dan matanya bersinar-sinar kayak orang lapar menemukan sebungkus nasi padang komplit.

begitu aku melewatinya, tangan sang pencubit menjulur ke dada sebelah kiriku, tanpa kusadari dengan gerak cepat aku memegang tangannya, lalu kuputar tangannya, ia menjerit keras dan memaki-makiku dengan memakai bahasa belanda.

gempar sebentar. beberapa murid melihat adegan tangan sang pencubit dipilintir muridnya. aku tak peduli, yang penting ulangan biologi. setengah berlari aku naik tangga menuju ke kelas. pas aku tiba di depan pintu kelas, kulihat ibu guru biologi keluar dari ruangan guru menuju ke kelasku.

dari bawah terdengar jeritan swara sang pencubit: "anak kelas berapa itu tadi?! siapa dia?!".

Amsterdam, 24/01/2011




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline