Sistem pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dan perbaikan selama beberapa dekade terakhir. Namun, salah satu aspek yang masih sering menjadi sorotan adalah proses penyelesaian tugas akhir seperti skripsi, tesis, atau disertasi di dunia kampus. Meskipun tugas-tugas akhir ini dimaksudkan untuk menjadi puncak dari perjalanan akademis seorang mahasiswa, kenyataannya banyak yang merasa bahwa proses ini belum maksimal dan belum mampu menjawab tantangan zaman.
1. Kurangnya Pembimbingan yang Efektif
Salah satu masalah utama adalah kurangnya bimbingan yang efektif dari dosen pembimbing. Banyak mahasiswa mengeluh bahwa dosen pembimbing mereka sulit dihubungi atau tidak memberikan masukan yang konstruktif. Hal ini seringkali disebabkan oleh beban kerja dosen yang terlalu berat, sehingga mereka tidak dapat memberikan perhatian penuh kepada setiap mahasiswa bimbingannya.
2. Proses Administratif yang Berbelit-belit.
Proses administratif untuk menyelesaikan skripsi, tesis, atau disertasi sering kali sangat berbelit-belit. Mahasiswa harus melewati berbagai tahapan dan prosedur yang memakan waktu dan energi, mulai dari pengajuan proposal hingga sidang akhir. Proses ini seringkali tidak efisien dan memperpanjang waktu penyelesaian tugas akhir.
3. Kualitas Penelitian yang Kurang
Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian yang berkualitas. Ini bisa disebabkan oleh kurangnya akses terhadap sumber daya penelitian, seperti jurnal ilmiah, laboratorium, atau peralatan penelitian. Selain itu, banyak mahasiswa yang belum memiliki kemampuan penelitian yang memadai, karena kurikulum yang kurang fokus pada pengembangan keterampilan penelitian.
4. Relevansi dengan Tantangan Zaman
Banyak tugas akhir yang dihasilkan tidak relevan dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Misalnya, banyak penelitian yang dilakukan tidak memiliki dampak nyata terhadap masyarakat atau industri. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan antara dunia akademis dan dunia kerja, yang mengakibatkan lulusan kurang siap menghadapi tantangan nyata di lapangan.
Dr. Anies Baswedan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, pernah menyatakan bahwa pendidikan tinggi di Indonesia perlu lebih fokus pada pengembangan kompetensi mahasiswa yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Menurutnya, kurikulum dan metode pembelajaran harus lebih adaptif terhadap perubahan zaman dan perkembangan teknologi.