Hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan-tujuan tertentu atau memperoleh hal-hal materi, tetapi juga tentang menerima kenyataan yang terjadi dalam hidup dengan ikhlas. Artinya, kita harus belajar untuk menerima kehilangan dan perubahan dalam hidup dengan lapang dada, karena pada akhirnya, segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dan bukan milik kita sepenuhnya.
Marcus Aurelius mengatakan,
"Hidup bukan tentang memiliki semua hal yang kita inginkan, tetapi tentang menghargai apa yang kita miliki."
Sejalan dengan pemikiran Epictetus menyatakan,
"Jangan pernah mempermasalahkan apa yang tidak dapat kamu kendalikan, karena sejatinya, yang dapat kamu kendalikan hanyalah reaksi dan sikapmu terhadap situasi tersebut."
Dalam konteks pandangan agama Islam, terdapat banyak ayat Al-Quran dan hadis yang mengajarkan nilai-nilai kesabaran, ikhlas, dan tawakal. Misalnya:
Al-Quran (Al-Baqarah 2:156)
"Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan hanya kepada Kami lah kamu akan dikembalikan."
Hadis Riwayat Bukhari juga menjelaskan
"Sesungguhnya ada pada tubuh manusia segumpal daging; jika baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya. Itulah hati."
Pandangan ini mengajarkan kita untuk menerima segala sesuatu yang terjadi dalam hidup dengan ikhlas, baik itu keberhasilan maupun kegagalan, serta menghargai apa yang sudah kita miliki tanpa terlalu mengikat diri pada materi atau pencapaian yang sifatnya fana.