Saya sangat percaya, bahwa doa Istri tak terhalang oleh langit. Makanya, acapkali akan mengawali sebuah rencana atau kegiatan-kegiatan tertentu, baik untuk kepentingan tugas atau untuk kepentingan bersama, selalu saja terselip kalimat : " Doakan suami ini ya, Istriku. Semoga tugas dalam minggu ini di luar kota, dalam lindungaNya selalu. "
" Tentu, Suamiku. Apa yang dilakukan Ayah, tanpa diminta pasti ada selipan doa. "
" Syukurlah. "
Kebiasaan ini, sudah dilakukan sejak anak-anak masih kecil. Hingga mereka dewasa, tetap kebiasaan ini tidak berhenti, bahkan diteruskan atatu diajarakan pada anak-anak.
Bisa jadi, titik balik pernah saya alami. Ketika merasakan bahwa dalam perjalanan pekerjaan termasuk usaha bisnis kecil-kecilan yang dimaksudkan sebagai hasil sampingan saya, lepas, belum melibatkan kebiasaan "minta didoakan oleh-Istri", saya merasakan semuanya berjalan biasa-biasa saja.
Saya sempat memperhatikan beberapa teman kantor atau teman-teman di lingkungan bisnis yang saya nilai sukses. Saya tidak malu untuk bertanya pada mereka : "Tolong sampaikan pada saya, apa kunci atau rahasia sukses hidupmu, Sahabat..."
Salah seorang sahabat yang saya tanya, Ridwan namanya. Ia sukses dalam pekerjaannya sebagai kontraktor. Utamanya, Ia saya kenal religius. Bukan dari penampilan, namun dari perilakunya. Dalam setiap kesempatan, baik kegiatan di kantor maupun dalam kegiatan kemasyarakatan, Nama Ridwa dikenal bukan hanya sebagai seorang kontraktor saja, namun menjadi donatur tetap beberapa yayasan keagamaan. Ia juga sering menjadi imam solat di musola lingkungan tempat tinggalnya.
Dengan latar belakang itu, saya yakin Ridwan tidak akan berberat perasaan untuk menjawab apa yang saya tanyakan tadi. Betul, suatu sore, ia menjawab pertanyaan saya, ketika tanpa sengaja Kami bertemu di serambi masjid alun-alun. Sama-sama mengantar keluarga, belanja sebelum lebaran datang.
" Sahabat saya yang baik, sederhana saja jawaban atas pertanyaanmu...."
Saya diam, menunggu jawaban dengan kalimat yang masih digantung itu.