Lihat ke Halaman Asli

Dr. Herie Purwanto

TERVERIFIKASI

PNYD di KPK (2016 sd. Sekarang)

Menajamkan Sensi Hati Suami-Istri

Diperbarui: 31 Juli 2023   16:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto dok. pribadi

Menyaksikan dua bocah cilik bermain pasir di pantai, di tengah deburan ombak yang saling berkejaran, menjadi sebuah simponi di hati. Simponi tentang keterlapasan diri dari beban hidup dan seolah memang hidup tanpa beban. Perlu keriangan, canda tawa serta tidak terlalu fokus secara serius menghadapi hidup. Bisakah kita mengadopsi perasaan bocah-bocah tadi dalam kehidupan?

Sangat dipahami bahwa hidup, terlebih bagi mereka yang sudah berkeluarga, akan dihadapkan pada sejuta permasalahan. Hidup bukan sekedar masalah makan dan minum, namun ada hal penyerta yang menjadi pernik-pernikanya. Bila kebutuhan akan kebutuhan dasar sudah terpenuhi, dipastikan akan menyusul permasalahan di luar kebutuhan dasar tadi. Maka, memang benar bahwa dalam hidup pasti ada permasalahan, yang akan membuat hidup kadang bisa santai, bisa serius, bahkan ada yang benar-benar untuk "tersenyum" pun berat hati. Untuk menyisakan satu jam, "menikmati" indahnya gemericik air di pegunungan, atau deburan ombak di pantai, misalnya menjadi sesuatu yang susah dan mahal baginya.

Untungnya, Sang Suami sangat memahami kondisi seperti itu. Hari-hari yang dihadapi Sang Istri, bukan sekedar bagaimana ia menata rumah, mengelola uang yang ada, membuat nyaman keluarga dan sebagainya, namun bagaimana ia sebagai Istri juga bisa menabur bunga-bunga senyum, meski sebenarnya detik itu fisiknya tengah lelah atau jiwanya sedang gelisah karena sebuah persoalan.

Sang Suami senantiasa tidak tinggal diam, banyak menawarkan ide-ide kecil yang tiba-tiba terlontar dan membuat Sang Istri kembali menemukan dirinya yang bersemangat dalam mengisi hari-hari. Memang begitulah, Sang Suami maupun Sang Istri harus bisa timbal balik memahami, bagaimana suasana hati pasangannya, sehingga tidak terjadi sikap atau perilaku yang kontraproduktif bagi keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.

" Tidak usah masak hari ini, Istriku. "

" Lo, kemarin sudah belanja, itu di kulkas sudah banyak sayur dan bahan untuk buat sop. "

" Kan bisa dimasak besok. Nanti makan siang di rica-rica ikan manyung ya. "

Begitu ajak Sang Suami.

Atau, di suatu kesempatan, tiba-tiba saat Sang Suami kelihatan suntuk dengan pekerjaan, atau lagi ada masalah, ditandai dengan banyak diam, Sang Istri mendekat dan mengajak untuk keluar rumah. " Kemana? "

Sang Istri sangat paham, Sang Suami sangat menyukai sesuatu yang berbau natural. Bisa dinginnya air yang bergemericik di pegunungan, atau melihat ombak yang saling bekerjaran dan kemudian pecah di bibir pantai. Sesekali juga, hanya sekedar duduk-duduk di tepian pedestrian, di tengah kota dalam naungan pepohonan yang rindang. Semilir angina menerpa wajah sepoi-sepoi basah, di luar kota. Pada kesempatan itu, sudah disediakan makanan atau jajanan kecil kesukaan Sang Suami. Bisa kacang rebus, talas rebus atau jajanan pasar seperti onde-onde, lapis atau kue ketan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline